Ciputat, PPIM- Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta kembali menyelenggrakan acara PPIM Seminar Seri Ke-20. Acara tersebut mengangkat judul “Narasi Kemunculan Islam: Cerita Lama dalam Penjelasan Baru”. Acara ini berlangsung di Gedung PPIM Lantai 3 (Rabu, 1 Juli 2015).
Acara yang dimoderatori Prof. Dr. Oman Fathurrahman (Guru Besar Filologi dan Peneliti Senior PPIM UIN) tersebut menghadirkan dua pembicara yaitu Mun’im Sirry, Ph.D, Asisten Profesor pada Departemen Teologi, Kroc Institute for International Peace Studies, University of Notre Dame, USA dan Fuad Jabali, Ph.D Dosen Fakultas Adab dan Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah.
Acara ini membahas proses kemunculan Islam awal dalam panggung sejarah dengan mengkritisi sumber-sumber Islam klasik. Mun’im Sirry mengatakan bahwa ada tiga masalah dari sumber-sumber literatur klasik yang dibuat oleh sarjana-sarjana Islam: pertama, sumber-sumber literatur Islam ternyata baru ditulis belakang, atau ditulis jauh setelah nabi wafat. Misalnya Ibnu Hisham yang lahir lebih dari 200 tahun setelah nabi wafat dan Ibnu Ishaq yang menulis sejarah Islam yang lahir lebih dari 150 tahun setelah nabi wafat. Rentang waktu yang lama ini, bagi sejarawan, tidak dapat digunakan sebagai sumber utama karena tidak sejaman dengan peristiwa sejarahnya.
Kedua, berbagai sumber-sumber literatur Islam ternyata banyak kontradiksi di dalamnya, kalau fakta harusnya tidak terdapat kontradiksi. Artinya, sejarah tersebut merupakan interpretasi terhadap sesuatu yang terjadi dan telah terpengaruh oleh bias kepentingan politik dan orientasi keagamaan penulisnya. Misalnya, Ibnu Ishaq menulis buku yang dipersembahkan untuk khalifah Abbasiah. Ketiga, bahwa ada proses gradual dalam penyusunan Al-Qur’an yang berlangsung jauh lebih lamban dari yang kita ketahui. Bahkan ketika zaman Abdul Malik bin Marwan, masih terjadi perdebatan dalam kanonisasi Al-Qur’an. Artinya, cerita lama dalam Al-Qur’an, sebetulnya hasil produk belakangan yang melewati proses perdebatan panjang sebelum mengkristal menjadi Al-Qur’an yang kita kenal sekarang.
Sebagai pembanding, Fuad Jabali mengatakan “bahwa perdebatan antara kalangan tradisionalis dan revisionis adalah perdebatan tentang kata, bukan realitas. Sejarah Islam yang ditulis oleh sejarawan Islam awal sebenarnya ditulis dengan sadar dan mereka paham akan historisitas karena sumber-sumbernya dapat dipercaya, misalnya At-Thabari yang menulis konflik antara Ali dan Muawiyah.”
“Dengan data tertulis yang terbatas, kita masih dapat mengkonstruk sejarah Islam yang baik, tidak hanya bergantung pada sumber lisan. Namun, perlu dicatat, bahwa sumber tertulis belum tentu benar, sehingga harus dikaji secara teliti dan meminimalisir bias. Memang benar sumber-sumber Islam itu banyak masalah, tapi kita bisa mengkonstruk sejarah Islam dengan berawal dari realitas-realitas yang kecil” sambung Fuad Jabali, Doktor dalam kajian Islam, lulusan McGill University, Canada.
Diskusi ini berjalan dengan hangat dan terbuka. Sebelumnya, dalam sambutan di awal diskusi, Dr. Saiful Umam, Direktur Eksekutif PPIM UIN Jakarta mengatakan bahwa “ Kajian ini jangan dilihat dengan pendekatan akidah, namun didekatkan dengan pendekatan akademis yang ilmiah, netral dan terbuka, terlepas sepakat atau tidak, sehingga menghindari sikap saling menyalahkan”.