itofficerppim-webadmin2020-10-31T03:22:34+07:00
Ciputat, PPIM — Pimpinan Research Triangle Institute (RTI) didampingi Pengelola Program Knowledge Sector Initiative (KSI) melakukan kunjungan ke PPIM UIN Jakarta pada Senin, 13 Juni 2016. Kunjungan ini dalam rangka melihat langsung PPIM sebagai salah satu institusi penerima bantuan program KSI dan berdialog dengan para peneliti tentang program-program penelitian unggulan PPIM, baik yang didanai KSI maupun tidak.
Rombongan RTI International terdiri dari lima orang. Tiga dari kantor pusatnya di North Carolina, USA, yakni Michael H. Kaelin Jr. (Executive vice president and Chief financial officer), Joshua M. Wiener (Distinguished Fellow on Aging, Disability ang Long-term Care), dan Neale D’Rozario (Chief Information Officer), dan dua dari Asia Regional Office yang ada di Jakarta, yakni David Spiro dan Riyzal. Dari Pengelola KSI ada Robin Bush (Team Leader), Kharisma Nugroho dan Arif Rachman. Mereka diterima dewan direksi PPIM, yakni Saiful Umam, Ismatu Ropi, dan Dadi Darmadi, beserta sejumlah peneliti senior, seperti Didin Syafruddin, Ali Munhanif, Jajang Jahroni, Din Wahid, dan Hamid Nasuhi.
RTI adalah lembaga independen non profit yang menyediakan jasa-jasa penelitian, pembangunan dan bantuan teknis kepada pemerintah dan komersial di dunia. Kantor pusatnya terletak di North Carolina, Amerika Serikat. Bermitra dengan Australia National University (ANU) dan University of Melbourne—keduanya dari Australia—dan Overseas Development Institute yang bermarkas di London, konsorsium ini mengelola program KSI yang dananya bersumber dari bantuan Pemerintah Australia. Pada kesempatan pertama, Direktur Eksekutif PPIM, Saiful Umam, menyambut kedatangan rombongan tamu dan memaparkan sekilas tentang sejarah awal dan perkembangan terkini PPIM.
Lewat program KSI, PPIM ditantang untuk terus meningkatkan kapasitas riset dan meningkatkan sistem kelembagaan guna mencapai pengaruh yang lebih luas lagi. “Kami terus mendorong lembaga seperti PPIM sebagai lembaga riset yang berbasis di di Perguruan Tinggi untuk terus menghasilkan riset-riset yang berkualitas dan mempengaruhi kebijakan publik,” ujar David Spiro. Kebijakan publik ke depan harus didasarkan pada data/evidence (bukti) yang dihasilkan dari riset. Oleh karena itu, lembaga-lembaga riset dituntut untuk meningkatkan kapasitas risetnya.
Sementara itu, Michael Kaelin mengingatkan bahwa, untuk menghasilkan riset yang berkualitas, dibutuhkan manajemen lembaga yang baik. “Manajemen sebuah lembaga itu sangat penting untuk menjaga kualitas riset, bahkan manajemen riset punya peran sangat penting. Jadi, di samping memiliki riset yang baik, manajemen-nya pun harus lebih baik,” paparnya.
Diskusi berlangsung hangat dengan membincang bagaimana riset dapat berjalan di lembaga berbasis Perguruan Tinggi; apa yang menjadi kekuatan dan apa saja tantangan yang dihadapi. Para peneliti senior PPIM berdialog dengan tamu dengan menjelaskan beberapa kegiatan riset unggulan dan kegiatan-kegiatan mutakhir, khususnya dalam pengembangan kapasitas lembaga dan manajemen. Mereka sepakat tentang pentingnya riset untuk kebijakan publik, dan membahas bagaimana, misalnya, PPIM telah bekerjasama dengan beberapa lembaga mitra KSI lainnya (working group) bekerjasama dengan beberapa kementerian untuk pembaharuan kebijakan dalam bidang riset dan perguruan tinggi di Indonesia.
Kunjungan pimpinan RTI beserta rombongan ke PPIM ini merupakan kunjungan satu-satunya ke lembaga PRI (Policy Research Institute) yang menjadi mitra KSI di Indonesia.