itofficerppim-webadmin2020-10-31T08:21:49+07:00
Minimnya sumber tertulis tentang ulama perempuan, terutama tulisan tentang profil ulama perempuan Indonesia, menjadi indikasi bahwa peran ulama perempuan memang masih minim jika dibandingkan dengan laki-laki. Pada Kongres Ulama Perempuan (KUPI) disebutkan bahwa hanya ada dua buku publikasi yang berbicara mengenai profil ulama perempuan yaitu terbitan Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat ((PPIM) UIN Jakarta dan terbitan Rahima (2012).
Jauh sebelum adanya acara Kongres Ulama Perempuan (KUPI), PPIM melalui risetnya, telah berusaha memberikan perhatian terhadap isu-isu keperempuanan, baik dikaji dari sisi politik maupun dari sisi kajian sejarah. Berikut beberapa hasil riset PPIM yang sudah diterbitkan dalam bentuk buku;
Pertama, Jajat Burhanudin (Ed) (2002). Ulama Perempuan Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama bekerjasama dengan PPIM UIN Jakarta. 371 halaman. Buku ini menampilkan 13 ulama perempuan yang telah berjasa dalam dinamika kehidupan Muslim Indonesia. Buku ini juga membahas mengenai peran ulama perempuan dan kontribusi mereka terhadap proses produksi dan reproduksi wacana sosial intelektual keagamaan. Temuan PPIM memperlihatkan bahwa kaum perempuan tidak banyak terlibat dalam proses produksi dan reproduksi wacana sosial intelektual keagamaan.
Dalam dunia sosial-intelektual Indonesia, kaum perempuan belum menunjukkan kontribusi yang besar dan signifikan. Masih sedikit perempuan yang bisa dikatakan sebagai ulama. Hal ini bisa dilihat dari kecilnya jumlah perempuan yang terlibat dalam pembentukan wacana sosial-intelektual. Dari hasil temuan riset PPIM tahun 2002, ditemukan bahwadari buku-buku yang terbit pada 1999, tampaknya perempuan hanya memberi kontribusi antara 5% sampai 18% dari buku-buku yang beredar. Selebihnya, diatas 80%, ditulis oleh penulis laki-laki. Katalog buku terbitan Gramedia, dari 514 buku yang terbit tahun 1999, hanya 58 atau 11,29% yang ditulis perempuan. Sementara itu, penerbit Mizan hanya menghadirkan 20 penulis perempuan (5,96%) dari 336 buku yang terbit pada tahun 1999. Jurnal Studia Islamika, sejak pertama kali terbit tahun 1994 hingga 2000, memuat 155 artikel. Dari jumlah tersebut, hanya 10 artikel (6,45%) yang ditulis perempuan. Berdasarkan hasil temuan di atas, tentu ini menjadi pekerjaan rumah bersama untuk mengingatkan kembali pentingnya perempuan dalam ranah kajian intelektual.
Kedua, Ali Munhanif (Ed) (2002). Mutiara Terpendam: Perempuan dalam Literatur Islam Klasik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama bekerjasama dengan PPIM UIN Jakarta. 263 halaman. Buku ini menguraikan secara rinci mengenai wacana relasi gender dalam literatur Islam klasik di bidang tafsir, hadits, tasawuf, filsafat dan ilmu kalam. Buku ini dengan jelas menawarkan gagasan bagi para pengkaji gender agar tidak lagi terjebak dalam pandangan ekstrem, yang memposisikan diri secara idiologis serta cenderung saling menyerang, menyakinkan dan membuktikan kebenaran pandangannya sendiri dalam melihat masalah perempuan.
Ketiga, Jamhari Makruf & Ismatu Ropi (Eds) (2003). Citra Perempuan dalam Islam: Pandangan Ormas Keagamaan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka. 175 halaman. Buku ini memaparkan secara komprehensif mengenai perkembangan wacana jender dalam ormas Islam. Selain itu dipaparkan juga menganai pemikiran dan praktek sosial-keagamaan kalangan intelektual Muslim Indonesia maupun para pemimpin ormas Islam terkemuka berkenaan dengan isu Islam dan jender.
Temuan lainnya, Din Wahid, Jamhari Makruf (Eds) (2007). Agama Politik Global dan Hak-hak Perempuan. Jakarta: Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta dan British Embassy. 108 halaman. Buku ini merupakan hasil survey PPIM tahun 2001, 2002, 2004 dan tahun 2006 yang dilakukan di 8 propinsi di Indonesia menganai posisi perempuan dan laki-laki. Hasil survey menunjukkan bahwa secara umum masyarakat Muslim Idonesia menganggap bahwa laki-laki lebih unggul ketimbang perempuan. Mayoritas umat Islam juga masih mengidealkan peran domestik perempuan ketimbang peran publiknya, namun pada saat yang sama, karena realitas sosial politik, mereka juga harus mengakui hak-hak politik perempuan. Secara garis besar buku ini mengeksplorasi bagaimana wacana gender berkembang dari politik global ke wilayah lokal.
Selain membahas tetang perempuan dari segi politik, maka buku selanjutnya, Arief Subhan (Ed) (2008). Posisi dan Peran Perempuan dalam Islam. Jakarta: PPIM UIN Jakarta. 132 halaman. Secara rinci membahas tentang posisi perempuan dalam Islam dengan pendekatan pada teks-teks Islam terutama Al-Qur’an dan Hadits. Buku ini ditulis karena keresahan dengan banyaknya pemberitaan di media masa mengenai kaum perempuan yang sering kali mendapatkan penindasan. Oleh karenanya, buku ini hadir untuk melihat posisi perempuan dengan tinjauan yang berbeda.
Terakhir, jika buku sebelumnya tentang posisi dan peran perempuan dalam Islam ditinjau dari pendekatan teks-teks Islam, berbeda dengan terbitan terakhir dari PPIM. Idris Thaha (Ed) ((2008). Perempuan dalam Hari-hari besar Islam. Jakarta: PPIM UIN Jakarta. 115 halaman. Buku ini membahas tentang peran dan posisi perempuan yang dikaitkan dengan persitiwa-peristiwa bersejarah dalam Islam. Asumsinya bahwa dalam urusan agama/dunia, perempuan memiliki peran yang sangat penting.
Enam buku terbitan hasil PPIM tersebut, setidaknya memberikan sumbangan terhadap kajian tentang agama dan gender di Indonesia.