Dapatkan Segera Buku & Hasil Penelitian PPIM UIN Jakarta Download Sekarang

Tarekat Perlawanan KH Ahmad Rifai


Ciputat, PPIM – Tarekat pada dasarnya merupakan organisasi tertentu dengan berbagai sistem ritual dan pelatihan spritual di bawah kepemimpinan seorang guru (mursyid). Bagaimana seorang mursyid melahirkan teks-teks Jawa dengan Nazam indah untuk melakukan propaganda melawan kolonialisme Belanda.

Demikian salah satu bahasan dalam seminar terbuka ke 19 Studia Islamika “Tarekat dan Perlawanan terhadap Kolonialisme Kasus KH Ahmad Rifai Kalisalak” di Pusat Pengkajian Islam & Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta, Rabu (29/4). “KH Ahmad Rifai merupakan tokoh fenomenal dari Jawa Tengah yang melakukan perlawanan terhadap kolonialisme Belanda. Adib melakukan penelusuran teks-teks lokal untuk melihat naskah-naskah tarekat sebagai bentuk perlawanan,” Ujar Direktur Eksekutif PPIM, Saiful Umam.

Menurut Saiful, “Kita juga harus mengetahui bahwa tarekat perlawanan merupakan gejala umum yang terjadi di dunia, tidak hanya di Indonesia. Misalnya di Banten, bentuk perlawanan kaum tani yang notabene adalah tarekat Qadiriyah dan Naqsabandiyah, sedangkan di Jawa Timur bentuk perlawanan terhadap kolonialisme dipelopori oleh ulama, hingga Afrika Utara melawan Perancis diinspirasi oleh aliran tarekat. Nah menjadi menarik ketika melihat tarekat Ahmad Rifai Kalisalak ini karena konteksnya Jawa dan di luar tarekat mainstream seperti Naqsabandiya, Satariyah dan Qadiriyah”.

Ditegaskan oleh Adib Misbachul Islam, Dosen Adab dan Humaniora UIN Jakarta sebagai pembicara bahwa “tarekat yang dijalankan Kiai Ahmad Rifai tidak jauh berbeda dengan tarekat yang lainnya, tetapi memiliki ciri khas yakni melakukan propoganda intelektual untuk melawan kolonialisme Belanda. Kai Ahmad Rifai tidak melakukan perlawanan dalam bentuk fisik, melainkan melakukan perlawanan dengan cara-cara intelektual dengan menulis nazam-nazam indah dalam bentuk syair. Syair-syair Kiai Ahmad Rifai mengkritisi kolonialisme dan di dalam bait-baitnya ada ajakan untuk menjauhi kaum priyayi dan penghulu”.

Menurut Adib, capaian tarekat Kiai Ahmad Rifai adalah moralitas dalam menjalani kehidupan untuk meraih ridha Tuhan yang bertumpu pada aspek penguatan akhlak. Dalam hal ini, aspek penguatan akhlak itu tidak terbatas dalam konteks hubungan manusia dengan Tuhan, namun juga dalam konteks hubungan sosial, termasuk di dalamnya hubungan manusia dengan kekuasaan. Sikap menjaga jarak dengan kekuasaan dan melakukan perlawanan merupakan manifestasi dari ajarat tarekat Kiai Ahmad Rifai