itofficerppim-webadmin2020-10-31T09:34:04+07:00
Jakarta, PPIM – Jurnal ilmiah adalah jejaring intelektual antar peneliti. Oleh karenanya, jurnal harus diberi keleluasaan dan kemandirian untuk memperluas batas jejaring tersebut. Hal ini diungkapkan oleh Direktur Eksekutif PPIM UIN Jakarta, Ismatu Ropi, saat didaulat sebagai narasumber dalam peluncuran edisi terbaru Indonesian Journal of Islam dan Muslim Societies (IJIMS) terbitan IAIN Salatiga, Selasa (7/7).
Dalam diskusi yang diselenggarakan secara daring itu, lulusan McGill University dan Australian National University itu mengajak pengelola jurnal agar tidak terperangkap pada rutinitas pengelolaan yang biasa-biasa saja. Mereka harus menawarkan interaksi akademik yang terus-menerus agar jejaring tersebut semakin meluas.
“Kampus harus menyediakan ruang terjadinya intellectual discourses yang terus-menerus di kalangan dosen. Saya membayangkan jurnal-jurnal di Indonesia bisa teridentifikasi melalui afiliasi lembaga yang menaunginya. Kita bisa melihat (contohnya) jurnal Indonesia yang begitu identik dengan Cornell University,” ujar Ismet, sapaan akrabnya.
Turut hadir dalam diskusi tersebut Editor-In-Chief IJIMS, Zakiyuddin. Dilansir dari laman resmi IAIN Salatiga, Zaki juga menghubungkan keterkaitan makna jurnal internasional dengan internasionalisasi kampus. Sebagai academic tower, jurnal merupakan tampilan wajah akademik sebuah universitas.
“Baru-baru ini lima jurnal Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) masuk dalam prestasi Q1 dan Q2 menurut Scimago Journal Rank (SJR). Ini membuktikan bahwa jurnal-jurnal kita bisa bersaing dan mendapat pengakuan internasional,” ungkap Zaki yang juga Rektor IAIN Salatiga.
Keduanya pun sepakat dan menegaskan bahwa pengelolaan jurnal ilmiah adalah soal semangat dalam mengembangkan gagasan ilmiah. Pengelola jurnal ditantang untuk memberikan daya tawar agar produknya dianggap unik dan memiliki ciri khas tersendiri dalam konteks akademik.
“Bukan masalah seberapa banyak dana yang dipakai untuk membiayai sebuah jurnal, melainkan bagaimana semangat pengelolanya untuk memberikan yang terbaik. Tidak usah jauh-jauh mengambil isu atau tema, pilih isu yang lokal lalu kemas dengan baik sehingga layak dikonsumsi secara global,” ucap Ismet di akhir sesi diskusi.
Penulis: M. Nida Fadlan