itofficerppim-webadmin2020-11-02T03:50:43+07:00
Jakarta, PPIM – Jurnalis Kyodo News, Ed Sepsha, mengatakan bahwa moderasi beragama memiliki prinsip dasar yaitu adil dan berimbang dan sama halnya dengan kode etik jurnalistik yang harus independen, akurat dan berimbang. Ia menyampaikan hal itu dalam Webinar Series #ModerasiBeragama yang kembali diselenggarakan PPIM UIN Jakarta melalui program CONVEY Indonesia dengan tema “Moderasi Beragama di Mata Media” Jumat (7/8).
Kontributor agensi kantor berita Jepang ini menceritakan berbagai pengalamannya saat melakukan liputan terkait dengan agama, khususnya saat peristiwa serangan teror di Surabaya tahun 2018. Pemberitaan teror itu banyak dituliskan oleh media asing. Namun, Sepsha memilih jalan lain. Karena tanggung jawabnya sebagai pewarta, Ia melakukan riset terlebih dahulu dan menjumpai narasumber yang meyakinkan.
“Saat meliput konflik agama yang menjadi pegangan ketika menulis adalah kekerasan apapun yang mengatasnamakan agama yang menjadi ancaman terbesar adalah tindakan pelaku bukan agamanya,” ujar pewarta yang juga lulusan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.
Sepsha juga melihat pemberitaan tentang agama masih sebatas kegiatan seremonial dan peristiwa. Jurnalis harus juga mengangkat pemberitaan agama dari sisi kemanusiaannya untuk memberikan citra positif. Ia juga mengajak para pewarta untuk mempromosikan perdamaian alih-alih memberitakan kekerasan atas nama agama.
“Build the bridge not the wall, promote peace not violence (Bangun jembatan, bukan tembok. Promosikan perdamaian, bukan kekerasan),” kata Sepsha.
Webinar Moderasi Beragama ini dilaksanakan setiap Jumat melalui kanal Youtube “Convey Indonesia”. Selain Sepsha, hadir pula Prof. Jamhari Makruf (Team Leader Convey Indonesia) sebagai moderator dan narasumber lainnya yaitu Makroen Sanjaya (Wakil Pemimpin Redaksi RTV), Savic Ali (Direktur NU Online dan Islami.co), dan Muhammad Hanifuddin (Pemimpin Redaksi Buletin Jumat Muslim Muda Indonesia).
Penulis: Meitha Dzuharia
Editor: M. Nida Fadlan