Jakarta, PPIM – Kementerian Agama melalui Kepala Pusat Litbang Bimbingan Masyarakat Agama dan Layanan Keagamaan, Prof. M. Adlin Sila, menanggapi hasil riset terbaru PPIM mengenai keberagamaan di media sosial. Adlin menyebut temuan-temuan penelitian ini sangat berguna untuk pemerintah khususnya Kementerian Agama dalam penguatan narasi moderasi beragama.
“Penelitian ini mengkonfirmasi kembali mengenai pentingnya literasi media sosial dan penguatan narasi moderasi beragama,” ungkap Adlin.
Adlin merasa pemerintah dan semua pihak harus membaca detil penelitian ini, karena di bagian akhir kesimpulan dan rekomendasi penelitian PPIM UIN Jakarta ini secara jelas menyebutkan bahwa narasi moderasi beragama harus diperkuat. Di antaranya adalah dengan melibatkan banyak pihak, termasuk warganet secara luas. Menurut Adlin, narasi moderasi merupakan cara untuk merangkul ekstrem kanan (eka), yakni kecenderungan konservatisme dan ekstrem kiri (eki), yakni liberalisme.
Secara metodologis, Adlin juga mengapresiasi langkah maju penggunaan metode penelitian ini. Selama ini, Big Data banyak digunakan untuk penelitian di bidang ekonomi dan perusahaan, namun kali ini, tim peneliti PPIM telah menggunakannya untuk riset bidang humaniora.
“Ini adalah sebuah kebaruan (novelty) yang melengkapi metode konvensional seperti survei dan wawancara. Dimana metode yang lebih awal itu membutuhkan waktu dan persiapan yang cukup untuk menentukan sample dan responden, tetapi penelitian dengan big data, dapat dilakukan dengan cepat. Apalagi di saat pandemi Covid 19 saat ini,” ujar Adlin.
Apresiasi ini disampaikan dalam rilis hasil penelitian terbaru PPIM melalui program Media and Religious Trend in Indonesia (MERIT) bertajuk “Beragama di Dunia Maya: Media Sosial dan Pandangan Keagamaan di Indonesia”. Riset ini dirilis oleh koordinator riset MERIT Iim Halimatusa’diyah, Ph.D dan data scientist Taufik Sutanto, Ph.D secara daring Senin (16/11).
“Penelitian ini mengkaji perkembangan pemahaman keagamaan di media sosial serta faktor dan konteks sosial serta politik yang mempengaruhinya. Paham keagamaan yang dikaji dalam penelitian ini meliputi paham liberal, moderat, konservatif, islamis dan radikal (esktremis),” ungkap Iim.
Selain Adlin, rilis penelitian ini turut menghadirkan pakar dan peneliti yang mengkaji agama dan media. Nama-nama seperti Dr. Pribadi Sutiono (Asisten Deputi Koordinasi Kerjasama Asia, Pasifik, dan Afrika, Kemenko Pulhukam) dan Alila Pramiyanti, Ph.D (Dosen di Telkom University) juga turut serta hadir membahas hasil penelitian ini.
Penulis: Muhammad Hanifuddin
Editor: M. Nida Fadlan