Jakarta, PPIM – Profesor Filologi Universitas Indonesia, Titik Pudjiastuti, menyebut digitalisasi bukan hanya soal penyelamatan dan pelestarian manuskrip semata. Lebih dari itu, menurutnya, digitalisasi adalah upaya agar kekayaan manuskrip dan budaya Indonesia semakin dikenal dunia.
“Teknologi digital memungkinkan khazanah manuskrip Nusantara semakin mudah dijangkau oleh siapa saja dimanapun mereka berada,” ungkapnya dalam “Webinar Series on Indonesian Digitised Manuscripts” bertema “Meraih Program Digitalisasi Manuskrip dan Tantangannya” yang diselenggarakan oleh PPIM UIN Jakarta melalui program DREAMSEA dan kerja sama dengan Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa), Rabu (13/1).
Titik menyebut kesadaran akan pentingnya melestarikan manuskrip kuno Nusantara semakin meningkat dalam dua dasawarsa terakhir. Kesadaran berbagai pihak mulai dari pemerintah, perguruan tinggi, lembaga swasta, hingga masyarakat secara mandiri telah membuat kegiatan-kegiatan penyelamatan manuskrip Nusantara sudah banyak terlaksana.
Sejak tahun 1990-an, salah seorang pendiri Manassa itu pernah dipercaya oleh sejumlah lembaga untuk mengelola kegiatan digitalisasi manuskrip Indonesia. Titik pernah mendapatkan dana digitalisasi dari The Toyota Foundation, World Bank, The Ford Foundation, Tokyo University of Foreign Studies, dan The British Library.
“Selain itu ada andil dari pemerintah Indonesia melalui beberapa kementerian dan lembaga seperti Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama, juga Perpustakaan Nasional RI,” ungkap Titik.
Ratusan ribu manuskrip digital dari sejumlah wilayah Indonesia telah dihasilkan Titik melalui program-program hibah digitalisasi itu. Misalnya, manuskrip-manuskrip yang ada di kesultanan Cirebon, kesultanan Buton, kesultanan Palembang, dan manuskrip-manuskrip milik masyarakat Ambon dan Papua Barat.
“Yang terbaru, tahun 2017, saya mendigitalisasi manuskrip kesultanan Bima juga berkeliling mendigitalisasi manuskrip-manuskrip milik masyarakat di seluruh propinsi di pulau Kalimantan selama 2017-2019,” ujar Titik.
Hasil petualangannya itu tengah disiapkan Titik agar dapat diakses dan dimanfaatkan oleh masyarakat luas. Bersama Laboratorium Filologi Universitas Indonesia, ia sedang mengembangkan sebuah portal database online yang dapat menyimpan bentuk digital manuskrip-manuskrip itu.
Di akhir, Titik menyebut program digitalisasi manuskrip bisa diajukan oleh siapa saja sepanjang berkeinginan membantu pelestarian budaya Indonesia. “Setiap tahun program itu selalu ada. Informasinya tersedia di internet,” ungkap Titik.
Webinar Manuskrip Digital adalah diskusi bulanan yang disiarkan langsung melalui kanal Youtube “DREAMSEA Manuscripts”. Selain Titik, diskusi seri ketiga yang dimoderatori oleh Muhammad Nida Fadlan (Data Manager DREAMSEA) ini dihadiri juga oleh Hasaruddin, M.Hum. (Universitas Dayanu Ikhsanuddin Baubau, Sulawesi Tenggara), dan Fiqru Mafar, M.IP. (IAIN Jember) sebagai narasumber. Selain itu, webinar juga turut dihadiri oleh Prof. Dr. Oman Fathurahman selaku Principal Investigator DREAMSEA dan Dr. Munawar Holil sebagai Ketua Umum Manassa.
Penulis: Abdullah Maulani
Editor: Ilham Nurwansah