Dapatkan Segera Buku & Hasil Penelitian PPIM UIN Jakarta Download Sekarang

Raih Dana Digitalisasi Manuskrip, Fiqru Mafar: Ini Rahasianya


Jakarta, PPIM – Filolog IAIN Jember, Fiqru Mafar, mengungkap bagaimana ia berhasil terpilih sebagai penerima hibah program digitalisasi manuskrip untuk kali pertama dari The British Library, Inggris. Dengan apa yang dialaminya, Fiqru menyebut hibah tersebut bisa didapatkan oleh siapa saja selama mempersiapkan diri dengan baik.

“Kesempatan ada, sumber daya manusia ada, sumber daya manuskrip ada, pembiayaan ada, harus dimanfaatkan,” ungkap Fiqru dalam “Webinar Series on Indonesian Digitised Manuscripts” bertema “Meraih Program Digitalisasi Manuskrip dan Tantangannya” yang diselenggarakan oleh PPIM UIN Jakarta melalui program DREAMSEA dan kerja sama dengan Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa), Rabu (13/1).

The British Library, Inggris, mempercayakan Fiqru sebagai penerima grant pada program Endangered Archive Programme (EAP) 2017 lalu. Dia mengajukan program rintisan (pilot project) untuk mendigitalisasi 74 manuskrip di wilayah Kabupaten Kampar, Propinsi Riau.

Ada beberapa tahapan yang harus dilalui untuk mengajukan program digitalisasi ke lembaga internasional seperti The British Library. Secara garis besar, tahapan terdiri dari persiapan dan proses pelaksanaan. Fiqru memberikan gambaran bahwa dalam pengajuan proposal, diperlukan keyakinan yang kuat bahwa pihak yang mengajukan harus mampu melalui tahapan-tahapan prosesnya.

“Pertama, kita harus yakin bahwa kita bisa mengajukan proposal. Harus yakin bahwa kita bisa meyakinkan pemilik manuskrip agar bersedia untuk disertakan dalam program digitalisasi. Juga, harus meyakinkan penyandang dana yang akan membiayai proposal kita,” paparnya.

Ia juga menekankan bahwa dalam pengajuan proposal, harus membaca panduannya dengan sungguh-sungguh. Dengan demikian segala kriteria yang diperlukan dalam proposal bisa terpenuhi dengan baik. Komunikasi yang baik juga diperlukan, tidak hanya dengan pemilik naskah, tapi juga dengan pihak penyandang dana agar tetap mendapatkan informasi terbaru tentang program yang sedang berjalan.

Selain The British Library, Fiqru juga menyebut program digitalisasi manuskrip juga disediakan oleh sejumlah kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah di Indonesia. Perpustakaan Nasional, Kementerian Agama, dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan adalah beberapa diantaranya

Meski demikian, Fiqru menekankan tujuan digitalisasi bukan semata untuk meraih pendanaan, tetapi juga sebagai penyelamatan naskah Nusantara. “Kita harus berani memulai untuk mengajukan, melakukan penelusuran, dan berkomunikasi dengan para pemilik naskah. Tujuan pengajuan program digitalisasi manuskrip tidak hanya untuk mendapatkan dana saja, tetapi yang lebih penting adalah untuk menyelamatkan khazanah naskah Nusantara,” tegasnya.

Webinar Manuskrip Digital adalah diskusi bulanan yang disiarkan langsung melalui kanal Youtube “DREAMSEA Manuscripts”. Selain Fiqru, diskusi seri ketiga yang dimoderatori oleh Muhammad Nida Fadlan (Data Manager DREAMSEA) ini dihadiri juga oleh Prof. Dr. Titik Pudjiastuti (Universitas Indonesia), dan Hasaruddin, M.Hum (Universitas Dayanu Ikhsanuddin Baubau, Sulawesi Tenggara) sebagai narasumber. Selain itu, webinar juga turut dihadiri oleh Prof. Dr. Oman Fathurahman selaku Principal Investigator DREAMSEA dan Dr. Munawar Holil sebagai Ketua Umum Manassa.

 

Penulis : Ilham Nurwansah
Editor: M. Nida Fadlan