Jakarta, PPIM – Televisi masih menjadi pilihan masyarakat dalam belajar agama. Program agama dikemas semenarik mungkin agar tidak kehilangan ‘jamaah’-nya. Televisipun menjadi ruang perjumpaan narasi keagamaanyang menarik untuk dikaji.
“Aktor narasi keagamaan di televisi bukan hanya ustadz dan ustadzah tetapi ada pihak lain. Atau, aktor utamanya malah, misalnya, tim kreatif dan produser yang menjadi perpanjangan misi sebuah stasiun televisi,” papar Mega Hidayati, dosenPascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, dalam Webinar Peluncuran Hasil Penelitian Televisi-Wajah Agama di TV Indonesia: Karakter Program dan Narasi Keagamaan, Selasa, (25/5).
Namun, secara umum, Mega memandang bahwa narasi sesungguhnya yang ada di televisi adalah perwakilan cara pandang masyarakatnya bukan diproduksi oleh stasiun televisi. Termasuk diantaranya adalah narasi konservatisme yang ditayangkan dalam program keagamaan televisi.
“Itu merupakan cerminan masyarakat kita,” ungkap Mega.
Mega juga menambahkan bahwa detil waktu dalam analisis narasi menjadi hal penting untuk menilai pergeseran paradigma aktor stasiun televisi. Hal ini bisa dilihat melalui kajian ujaran atau kutipan aktor yang terlibat di dalamnya.
Mega menyampaikan hal tersebut untuk mengomentari hasil penelitian PPIM UIN Jakarta melalu program MERIT Indonesia. Penelitian tersebut dipaparkan oleh dua peneliti PPIM, Fahmi Imam Fauzy dan Endi Aulia Garadian. Selain Mega, hadir pula Prof. Akh. Muzakki, Ph.D (Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya) sebagai pembahas.
Penulis: Syaifa Rodiyah