Jakarta, PPIM – Sempat terhenti selama masa pandemi COVID-19, Program Kunjungan Pimpinan Pesantren ke Jepang kembali dilaksanakan. Direktur Eksekutif PPIM, Ismatu Ropi, menyampaikan bahwa kegiatan penting ini merupakan upaya untuk memperkuat saling pengertian antara Indonesia dan Jepang.
“Saya menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada pemerintah Jepang melalui Kedutaan Besar Jepang di Indonesia. Kita telah bekerja sama sejak 2004 dan memberangkatkan lebih dari 170 pimpinan pondok pesantren ke Jepang,” ungkap Ismatu Ropi saat menyambut sembilan pemimpin pondok pesantren yang mengikuti program kunjungan, Rabu (1/2/2023) malam di Jakarta.
Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini menegaskan bahwa, melalui program ini, pimpinan pesantren diajak untuk melakukan ziarah kebudayaan. Hal ini penting untuk meningkatkan wawasan global para pimpinan pondok pesantren dalam menyikapi perbedaan dan keragaman di sekitarnya.
Wakil Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Tamura Masami, juga turut mengapresiasi peran PPIM sebagai mitra strategis dalam penguatan persahabatan antara Jepang dan Indonesia. Program tahun ini, menurut Tamura dalam sambutannya, sangat spesial karena dilaksanakan beriringan dengan peringatan 65 tahun hubungan bilateral Indonesia dan Jepang.
“Saya sangat berharap kunjungan ini dapat memberikan pengalaman baru baik untuk masyarakat Jepang maupun Bapak dan Ibu pimpinan pesantren. Saya harap Bapak dan Ibu bisa membagikan dan menerapkan pengalaman ini ketika kembali ke pesantren masing-masing,” kata Tamura.
Melihat Modernitas, Merawat Tradisi
Turut hadir dalam kegiatan penyambutan ini Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), Komaruddin Hidayat. Menurutnya, Jepang adalah tujuan terbaik bagi para pimpinan pesanten untuk melihat bagaimana mereka berkomitmen tinggi dalam menjamin mutu pendidikan di negaranya.
“Mereka (masyarakat Jepang) meratapi kekalahan pada perang dunia kedua di tahun 1945. Tapi satu hal yang tidak ingin mereka ratapi lama-lama yaitu pendidikan. Harus segera dipulihkan. Kita bisa lihat sekarang hasilnya,” ungkap Komar.
Komaruddin Hidayat menambahkan bahwa pendidikan yang diusung oleh Jepang relatif berbeda dengan negara lainnya. Ada banyak negara di dunia ini yang maju pendidikan dan sainsnya, tetapi mereka lupa merawat tradisi yang menjadi karakternya. Namun Jepang, menurutnya, berhasil memajukan keduanya. Kecanggihan teknologi yang dimiliki oleh masyarakat Jepang tidak serta-merta meninggalkan kekayaan tradisi dan karakter lokalitas mereka.
Penilaian ini didukung oleh Dewan Penasihat PPIM, Jamhari Makruf. Ia menceritakan saat dirinya menggagas program kunjungan ini pada 2004 lalu bersama seorang professor dari Jepang, Takeshi Kohno. Menurut keduanya saat itu, pesantren dan Jepang memiliki kemiripan karakter dalam komitmennya menjaga pendidikan sekaligus merawat tradisi dan moralitas masyarakatnya.
“Semua peneliti di PPIM adalah alumni pesantren. Oleh karenanya, mengajak para pimpinan pesantren ke Jepang sama saja mengajak keluarga sendiri untuk maju bersama-sama,” ungkap Wakil Rektor UIII ini.
Seorang pendamping dari PPIM UIN Jakarta dan sembilan pimpinan pesantren dari Deli Serdang, Pekanbaru, Dumai, Natuna, Pasaman Barat, Bandar Lampung, Garut, Kuningan, dan Pati berkunjung ke Jepang tahun ini. Mereka berkunjung pada 24 Januari hingga 1 Februari 2023. Selama di Jepang rombongan melakukan kunjungan ke berbagai sekolah, industri pertanian, homestay dengan penduduk lokal, dan dialog antaragama di Tokyo, Hiroshima, Kyoto, dan Osaka.