Dapatkan Segera Buku & Hasil Penelitian PPIM UIN Jakarta Download Sekarang

Oman Fathurahman, Peneliti PPIM UIN Jakarta Raih Penghargaan Pustaka Paripalana


Yogyakarta – PPIM, Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta saat ini tengah berbangga hati. Pasalnya, salah satu penelitinya, Oman Fathurahman  mendapatkan penghargaan “Pustaka Paripalana” dari Asosiasi Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa) pada Senin, (7/9).

Pria kelahiran Kuningan, yang akrab disapa Kang Oman, menyabet penghargaan tersebut berkat dedikasi dan jasanya dalam merawat, mengkaji, serta membuka akses pengetahuan manuskrip kuno Nusantara. Penghargaan tersebut diberikan dalam rangkaian pembukaan Simposium Internasional Pernaskahan Nusantara XIX yang diselenggarakan di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Gadjah Mada. Istimewanya, penghargaan tersebut diberikan kepada Kang Oman bertepatan sehari sebelum hari ulang tahunnya yang ke-54.

Kang Oman, Guru Besar Filologi UIN Syarif Hidayatullah sekaligus peneliti PPIM UIN Jakarta, selama ini memang konsisten menyapa peminat manuskrip melalui channel “Ngariksa” di Youtube maupun Facebook setiap dua pekan sekali di hari Jumat. Tak jarang Kang Oman sering mengulas topik manuskrip yang relevan dengan hal-hal yang sedang marak di masyarakat, seperti saat pandemi maupun Ramadan.

“Program ini telah menarik minat generasi muda untuk melanjutkan kiprah generasi tua menjaga “memori bangsa” generasi masa lampau sebagai pelajaran generasi mendatang. Sebuah tindakan nyata untuk menjaga kelestarian naskah tangan sebagai warisan budaya agar tak hilang ditelan zaman,” sebut Ketua Umum Manassa Munawar Holil, yang biasa disapa Kang Mumu, di Yogyakarta usai pembukaan Simposium, Senin (7/8/23).

Memupuk minat generasi muda terhadap manuskrip Nusantara merupakan langkah positif dalam melestarikan warisan budaya Indonesia. Dengan memahami dan menghargai manuskrip, generasi muda memiliki peluang untuk merenungkan akar budaya mereka, mengaitkannya dengan dunia modern, dan secara kolektif mewarisi kekayaan intelektual nenek moyang mereka. Upaya kolaboratif dari lembaga pendidikan, pemerintah, dan masyarakat secara keseluruhan seperti yang Oman lakukan dapat menguatkan minat ini dan menjaga warisan budaya berharga ini tetap hidup dalam generasi mendatang.

Pengabdian yang Oman lakukan dalam merawat manuskrip ia rasa belum ada apa-apanya dibanding para begawan filologi terdahulu yang mengajari dan membimbingnya dalam menyusuri jalan sunyi filologi.

“Penghargaan ini bukan untuk pribadi, saya persembahkan untuk para pemilik manuskrip yang telaten merawat koleksinya. Penghargaan ini juga saya persembahkan untuk para pengkaji manuskrip yang telah bersama-sama membuka jalan, untuk memerdekakan para filolog yang selama ini sering terpenjara di ruang sepi, jauh dari perhatian publik,” ucap Oman

Simposium Pernaskahan sendiri digelar Manassa setiap dua tahun sekali. Menghadirkan pada filolog, sarjana peminar kajian manuskrip Nusantara baik dari dalam maupun luar negeri. Turut hadir sejumlah pembicara dalam Simposium XX di antaranya Irina Katkova (St. Petersburg, Rusia), Arlo Griffiths (EFEO), Thoralf Hanstein dan Yoones Dehghani Farsani (Berlin, Jerman/daring), Bernard Arps (Leiden), dan Andrea Acri (Paris/daring).

 

Editor: Tati Rohayati