Jakarta – PPIM, Peneliti senior Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta, Profesor Oman Fathurahman, memeroleh penghargaan Habibie Prize Tahun 2023 untuk bidang Ilmu Filsafat, Agama dan Kebudayaan. Pria kelahiran Kuningan, Jawa Barat, tersebut menjadi tokoh pertama Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) yang mendapatkan penghargaan prestisius ini.
Habibie Prize diberikan kepada perseorangan yang dianggap berjasa secara inovatif dalam penemuan, pengembangan, dan penyebarluasan ilmu pengetahuan sehingga memberi manfaat besar bagi bangsa Indonesia. Penghargaan ini adalah inisiatif Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie (alm.) semasa hidupnya.
Pria yang pada tahun 1995 bergabung ke PPIM sebagai juru ketik artikel Arab Jurnal Studia Islamika ini pernah nyantri di Pesantren Cipasung, dan kemudian melanjutkan ke Pesantren Haurkuning, Salopa, Tasikmalaya Jawa Barat. Ia menghafal kitab-kitab gramatika Arab, termasuk 1000 bait Alfiyah Ibn Malik. Ketertarikannya pada bahasa Arab menghantarkan Oman untuk melanjutkan kuliah di Jurusan Bahasa dan Sastra Arab, Fakultas Adab IAIN (sekarang UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Perkenalan pertamanya dengan manuskrip langsung melahirkan buku Khazanah Naskah: Panduan Koleksi Naskah Indonesia se-Dunia (1999), di bawah bimbingan Henri Chamber-Loir, sarjana filologi Melayu asal Prancis. Buku ini menjadi rujukan utama para pengkaji manuskrip Nusantara di seluruh dunia.
Kecintaan pria yang biasa disapa Kang Oman itu pada budaya, naskah, dan sejarah memantapkan dirinya untuk melanjutkan ke jenjang S2 dan S3 di FIB Universitas Indonesia (UI) dengan pengkhususan Filologi Nusantara. Ia meraih gelar doktor pada 2003. Disertasinya terbit dengan judul Tarekat Syatariyah di Minangkabau: Teks dan Konteks (2008). Setelah itu, nama Oman Fathurrahman dikenal sebagai satu di antara sedikit sarjana di Indonesia yang paling dicari ketika berbicara manuskrip Nusantara.
Memiliki jejaring akademik yang luas, Kang Oman beberapa kali melakukan kolaborasi internasional dalam merawat dan menyelamatkan manuskrip Nusantara yang terancam punah. Program kerjasama antara PPIM UIN Jakarta dan C-DATS Tokyo pada 2005 misalnya menghantarkan Kang Oman dan Tim dari C-DATS Tokyo datang langsung ke Aceh untuk menyelamatkan manuskrip-manuskrip terdampak tsunami 2004. Kegiatan penyelamatan manuskrip ini ia lanjutkan bersama tim dari Leipzig University, Jerman, dengan memberdayakan sumber daya manusia di Aceh yang tergabung dalam Pusat Kajian dan Pendidikan Masyarakat (PKPM).
Kang Oman terlatih sebagai peneliti PPIM yang gemar diskusi dengan sarjana bidang ilmu lain. Itu menjadi bekal berharga bagi dirinya ketika memperoleh Fellowship dari the Alexander von Humboldt-Stiftung, Jerman, untuk melakukan riset di Cologne University (2006-2008). Setelah itu, ia mendapatkan the Chevening Fellowship untuk melakukan riset di Universitas Oxford, Inggris pada tahun 2010. Beberapa kolega akademiknya di Jepang juga mengundang Oman, sebagai Visiting Professor, di Tokyo University of Foreign Studies (2012-2013), Kyoto University (2016), hingga Osaka University (2017).
Dengan mensinergikan kapasitas PPIM, Kang Oman juga memperkuat kiprah Asosiasi Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa). Pada 2008-2016 ia dua periode berturut-turut menjabat sebagai Ketua Umum Asosiasi pernaskahan Nusantara di Indonesia itu. Di level internasional, selama 7 tahun (2015-2022) ia menjadi anggota Panel pada Endangered Archives Programme (EAP) the British Library, sebuah program penyelamatan manuskrip dan arsip di seluruh dunia melalui digitalisasi. Kang Oman menjadi sarjana pertama dari Asia Tenggara yang pernah duduk di dalam panel bergengsi tersebut. Dia bertugas menyeleksi proposal untuk diberikan bantuan program digitalisasi. Berkat Program ini, jutaan halaman dokumen arsip dan manuskrip kini dapat diakses secara daring untuk keperluan riset.
Tercatat, sejak tahun 2017 hingga saat ini, Kang Oman memimpin program DREAMSEA (Digital Repository of Endangered and Affected Manuscripts in Southeast Asia) yakni sebuah program non-profit yang berupaya menyelamatkan manuskrip Asia Tenggara melalui digitalisasi. DREAMSEA merupakan program kerja sama PPIM UIN Jakarta dengan the Centre for the Study of Manuscript Culture (CSMS) Hamburg University, Jerman, atas dukungan dari the Arcadia Foundation. Berkat inisiatifnya ini, sekitar hampir setengah juta halaman manuskrip Asia Tenggara dalam berbagai bahasa dan aksara dapat diakses secara daring.
Meskipun berkutat dengan benda, ruang dan nuansa kuno namun, Kang Oman mahir dalam memanfaatkan teknologi dan membawa sesuatu yang lampau menjadi asik diikuti secara kekinian. Ia aktif mengudara di media sosial dan kanal digital untuk memperkenalkan manuskrip ke publik melalui program Ngariksa (Ngaji Manuskrip Kuno Nusantara). Program ini menyajikan konten-konten mingguan terkait naskah kuno yang relevan degan tema-tema kekinian melalui kanal YouTube Ngariksa TV.
Kang Oman adalah contoh Peneliti PPIM UIN Jakarta yang berhasil mengkaji bidang ilmunya secara interdisiplin. Ia dikenal sebagai penggagas “Filologi Plus”, yakni kajian manuskrip yang tidak sekadar menghadirkan suntingan teks dan terjemahan, melainkan juga melakukan kontekstualisasi isinya.
Selain berkarier di dunia akademik, Kang Oman juga pernah menjadi pejabat eselon 1 di Kementerian Agama (Kemenag) selama periode 2017-2021. Di Kementerian itu ia pernah menjabat sebagai Staf Ahli Menteri Agama, Plt. Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU), Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Moderasi Beragama, dan sekaligus Juru Bicara Kementerian Agama.
Pada 8 Agustus 2023, Kang Oman mendapat Penghargaan Pustaka Paripalana dari Manassa atas jasanya dalam usaha pelestarian, penelitian, dan pemajuan naskah Nusantara di Indonesia. Tak lama berselang, tepat di Hari Pahlawan Nasional, Jumat 10 November 2023, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) akan menganugerahkan Habibie Prize 2023 di bidang Ilmu Filsafat, Agama, dan Kebudayaan.
Dalam pidato penerimaan penghargaan, Kang Oman menyampaikan bahwa sosoknya sebagai seorang Filolog saat ini tidak lepas dari dukungan PPIM UIN Jakarta yang senantiasa menjadi wadah ia mengembangkan dan mentransfer keilmuannya ke masyarakat terutama di dunia akademik.
“Saya tidak mungkin menjadi ahli filologi tanpa atmosfer akademik PPIM UIN Jakarta, ” ungkap Profesor Oman Fathurahman di atas podium Auditorium Sumitro Djojohadikusumo, BRIN, Jakarta (10/11).
Pada kesempatan yang lain, Dewan Penasihat PPIM UIN Jakarta, Profesor Ismatu Ropi menyampaikan bahwa dirinya bangga PPIM UIN Jakarta memiliki sosok seperti Kang Oman. Penghargaan yang ia terima menjadi bukti nyata dari dedikasi dan kontribusi luar biasa yang dilakukan dalam pengembangan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang kebudayaan di Indonesia melalui filologi dan pernaskahan.
“Keberhasilan ini tidak hanya menjadi kebanggaan pribadi Professor Oman, tetapi juga kebanggaan kami yang menjadi kolega kerja di PPIM khususnya di UIN Jakarta umumnya. Semoga penghargaan ini menjadi dorongan tambahan bagi Profesor Oman untuk terus menginspirasi kita semua, dan memberikan sumbangsih berkelanjutan bagi kemajuan bangsa yang kita cintai,” ucap Profesor Ismatu Ropi, Ciputat (10/11).
Akses buku dokumentasinya di sini.
Penulis: Febiyana
Editor: Testriono