Konferensi Para Pihak tentang Perubahan Iklim Ke-28 (COP28) di Dubai mungkin telah berlalu, tapi gema seruan aksi nyata melawan krisis iklim masih menggema. Komitmen global untuk mengurangi emisi gas rumah kaca 50% pada 2030 memang penting, namun upaya itu takkan cukup tanpa partisipasi aktif semua pihak, termasuk para pemuka agama.
Indonesia, sebagai negara kepulauan yang rentan terhadap dampak perubahan iklim, turut berkomitmen dengan target penurunan emisi 29% di 2030 dan mencapai net zero emission pada 2060. Komitmen ini, meski patut disambut baik, memerlukan langkah nyata dari seluruh elemen masyarakat, termasuk para pemuka agama.
Agama, melalui ajaran-ajarannya tentang harmoni dengan alam, memiliki kekuatan besar untuk memobilisasi umat beragama dalam aksi nyata. Penelitian dalam “Nature Human Behaviour” (2022) bahkan menunjukkan bahwa orang-orang religius cenderung lebih percaya pada urgensi mengatasi perubahan iklim. Hal ini membuka peluang besar bagi para pemuka agama untuk menjadi pelopor gerakan pro-lingkungan.
Tidak hanya sekadar khutbah. Peran pemuka agama juga krusial dalam mendorong perubahan perilaku para pengikutnya. Studi dalam “Environment and Behavior” (2021) memperlihatkan korelasi antara ketaatan beribadah dan perilaku ramah lingkungan. Para pemuka agama dapat memanfaatkan ini untuk mengajak umat mengurangi konsumsi energi, mengurangi sampah, dan menjaga kebersihan lingkungan.
Kekuatan advokasi para pemuka agama juga tak bisa diabaikan. Contohnya, fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang menyerukan umat Islam menjaga kelestarian alam. Aksi nyata seperti kampanye “Hijaukan Bumi” oleh Gereja Kristen Indonesia (GKI) dan penanaman pohon oleh Persatuan Umat Buddha Indonesia (Permabudhi) semakin membuktikan kiprah agama dalam aksi iklim.
Kondisi ini mendorong Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta untuk berkolaborasi dengan Netherland Embassy membentuk proyek Religious Environmentalism Actions (REACT) dalam meneliti dan mengkampanyekan isu lingkungan-keagamaan dan membantu mengatasi persoalan perubahan iklim. Proyek ini bertujuan untuk memahami lebih dalam tentang potensi agama untuk menggerakkan aksi nyata dalam mengatasi perubahan iklim.
Proyek ini melibatkan berbagai pihak, termasuk para pemuka agama, akademisi, dan aktivis lingkungan. Proyek ini diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi kebijakan yang dapat mendorong peran agama dalam mengatasi perubahan iklim.
Mari jadikan seruan para pemuka agama di COP28 sebagai momentum untuk bersatu padu melawan krisis iklim! Mulailah dengan perubahan kecil dalam kehidupan sehari-hari: gunakan transportasi umum, hemat energi, kurangi konsumsi daging. Dukung organisasi lingkungan, berpartisipasilah dalam aksi bersih-bersih lingkungan, dan sebarkan pesan pentingnya aksi nyata untuk iklim.
Ingat, setiap langkah kecil, ketika digerakkan oleh jutaan umat beragama yang terinspirasi oleh para pemuka agamanya, akan menjadi lompatan raksasa dalam perjuangan menyelamatkan Bumi. Bersama, kita bisa menangkis krisis iklim dan membangun masa depan yang lebih berkelanjutan bagi semua.
Penulis: Irfan
Editor: Zhella Apriesta