Perubahan iklim merupakan salah satu tantangan terbesar yang dihadapi umat manusia saat ini. Dampaknya yang merusak lingkungan dan kehidupan manusia membutuhkan upaya kolektif dalam menemukan solusi yang efektif. Dalam konteks ini, pendidikan agama memainkan peran penting dalam mengatasi perubahan iklim.
Agama memainkan peran krusial dalam membentuk nilai-nilai moral, etika, dan spiritualitas manusia. Nilai-nilai tersebut dapat menjadi dasar bagi perilaku manusia yang bertanggung jawab terhadap lingkungan.
Dalam banyak agama besar dunia, konsep menjaga lingkungan menjadi ajaran fundamental. Misalnya, dalam Islam, kita diperintahkan untuk menjaga alam dan melindungi hewan. Sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-A’raf Ayat 56 yang artinya:
“Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan harap. Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.”
Dalam agama Kristen, umatnya diperintahkan untuk “mengelola alam dengan bijaksana”. Hal ini tercermin dalam ayat Alkitab Keluaran 20:11 yang artinya:
“Jangan merusak tanahmu dengan membunuh ikan-ikan dan burung-burung di dalamnya.”
Begitu juga dalam agama Hindu, umatnya diperintahkan untuk “menjaga keseimbangan alam” seperti tercermin dalam Manu Smriti, ayat 5:51 yang artinya:
“Tidak boleh berkorban dengan menyakiti bumi, dan juga tidak boleh mengabaikannya sendiri. Memuja seribu dewa tidak dapat menggantikan pemujaan terhadap bumi.”
Dan banyak lagi ajaran dari kitab suci agama-agama lainnya yang mengajarkan pentingnya menjaga alam dengan bijaksana. Ajaran-ajaran ini menegaskan bahwa manusia memiliki tanggung jawab untuk mengelola alam dengan penuh kasih dan tanggung jawab.
Pendidikan agama dapat menjadi instrumen yang efektif untuk menanamkan nilai-nilai moral dan spiritual yang diperlukan untuk mengatasi perubahan iklim. Studi dari University of California, Berkeley pada tahun 2022 menunjukkan bahwa program pendidikan agama yang terintegrasi dengan perubahan iklim dapat efektif meningkatkan kesadaran masyarakat dan mendorong mereka untuk mengambil tindakan nyata.
Studi tersebut melibatkan 100 peserta yang mengikuti program pendidikan agama dan perubahan iklim selama 12 minggu. Hasil studi menunjukkan bahwa peserta program tersebut mengalami peningkatan kesadaran akan urgensi perubahan iklim sebesar 25% dan peningkatan niat untuk mengambil tindakan nyata sebesar 15%.
Princeton University dan Harvard University adalah dua universitas terkemuka di dunia yang menawarkan program pendidikan perubahan iklim yang komprehensif. Program-program ini mencakup berbagai aspek perubahan iklim, mulai dari sains, kebijakan, sosial, agama, hingga ekonomi.
Di Indonesia, beberapa perguruan tinggi sudah memasukkan mata kuliah perubahan iklim ke dalam kurikulum. Namun, cakupannya masih terbatas dan belum merata di seluruh Indonesia.
Contohnya, Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Universitas Gadjah Mada (UGM) menawarkan mata kuliah terkait perubahan iklim. Di Universitas Gadjah Mada, mata kuliah Ekologi dan Islam memberikan wawasan tentang hubungan antara agama dan lingkungan. Mata kuliah ini mencakup nilai-nilai agama yang berkaitan dengan pemeliharaan hewan, tumbuhan, dan lingkungan secara umum.
Selain IPB dan UGM, Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung juga berkomitmen untuk mewujudkan kampus yang ramah lingkungan. Hal ini dibuktikan dengan berbagai upaya yang dilakukan, seperti:
- Menerapkan konsep Green Campus, yang meliputi penyediaan ruang terbuka hijau, penggunaan energi terbarukan, dan pengelolaan limbah yang berkelanjutan.
- Menawarkan mata kuliah Agama dan Lingkungan, yang bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang pentingnya menjaga lingkungan dari perspektif agama.
Upaya-upaya tersebut telah membuahkan hasil yang positif. Pada tahun 2022, UIN Raden Intan Lampung berhasil meraih peringkat 8 dalam UI GreenMetric World University Rankings. Peringkat ini menunjukkan bahwa UIN Raden Intan Lampung telah menjadi salah satu kampus hijau terbaik di Indonesia.
Di samping itu, ada juga beberapa inisiatif yang dilakukan oleh lembaga-lembaga penelitian untuk mengatasi perubahan iklim. Seperti yang dilakukan Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta berkolaborasi dengan Kedutaan Belanda. PPIM UIN Jakarta membentuk proyek Religious Environmentalism Actions (REACT) dalam meneliti dan mengkampanyekan isu lingkungan-keagamaan dan membantu mengatasi persoalan perubahan iklim. Proyek ini bertujuan untuk memahami lebih dalam tentang potensi agama untuk menggerakkan aksi nyata dalam mengatasi perubahan iklim.
Pendidikan agama dan perubahan iklim memiliki keterkaitan yang erat. Pendidikan agama dapat menjadi instrumen yang efektif untuk menanamkan nilai-nilai moral dan spiritual yang diperlukan untuk mengatasi perubahan iklim. Pendidikan perubahan iklim juga penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan urgensi perubahan iklim dan memberikan pengetahuan yang diperlukan untuk mengatasi tantangan tersebut.