Jakarta – PPIM, Pada Launching Religion Environmentalism Action (REACT) (22/01), ilmuwan pembangkit listrik tenaga mikro hidroelektrik, Tri Mumpuni, mengajak masyarakat untuk menjaga keberkahan alam Indonesia. Menurut dia, sebagai negara dengan kekayaan alam berlimpah, Indonesia seharusnya mampu menyejahterakan masyarakatnya. Namun, kekayaan itu dinilai belum mampu membuat masyarakat mandiri mengelola alam karena masih terdapat upaya perusakan lingkungan yang masif.
“Indonesia itu negara kaya, tetapi kita belum dapat sejahtera dan mandiri. Itu artinya, kita belum memperoleh keberkahan,” ujar dia.
Mumpuni sering bersentuhan dengan masyarakat bawah secara langsung. Ia menjelaskan, masyarakat sebenarnya dapat memiliki kontribusi 70 persen untuk membangun ekosistem berkelanjutan yang ramah lingkungan, sisanya adalah masalah teknis. Menurutnya, agama menjadi unsur pendorong yang sangat penting untuk mewujudkan itu.
“Kontribusi masyarakat itu untuk lingkungan berkelanjutan sebesar 70% dari total upaya pembentukan ekosistem berkelanjutan. Salah satu yang mendorong gerak masyarakat adalah agama,” ujar Mumpuni menjelaskan.
Agama sebagai Sesuatu yang Suci
Untuk menjaga alam, Mumpuni menyerukan agar agama dimaknai bukan hanya sebagai ritual, namun sesuatu yang suci di dalam diri manusia. Menurut dia, pemaknaan agama sebagai ritual tidak cukup untuk menyingkirkan tindakan yang merusak.
Mumpuni menceritakan pengalamannya bertemu oknum yang meminta uang suap. Saat oknum tersebut menghitung uang yang diterimanya terdengar kumandang azan, “Aduh maaf ya, saya salat dulu”, ungkap oknum tersebut. Itu adalah contoh pemaknaan agama sebagai ritual bukan spiritualitas.
Kesadaran ini, menurut dia, harus dimulai dari diri sendiri. Kesadaran bahwa agama dapat menggerakkan umat-Nya untuk menjaga alam dimulai dari tindakan sederhana. Misalnya, memilah sampah plastik untuk dapat dijadikan bahan bakar.
“Pendekatan spiritual untuk iklim dapat dimulai dari sendiri. Kalau kita bisa pisahkan sampah plastik, kita itu sebenarnya dapat menghasilkan bahan bakar yang bukan dari energi fosil. Tetapi menuju ke arah sana, ekosistem sampah kita perlu dibenahi,” jelas Mumpuni.
Apa yang disampaikan Mumpuni selaras dengan arah program REACT. Program PPIM dengan kerja sama Kerajaan Belanda melalui Kedutaan Belanda di Indonesia ini bertujuan untuk mempengaruhi para pemangku kepentingan dan pembuat kebijakan serta mendorong pemimpin muda agama untuk terlibat secara aktif dalam gerakan lingkungan di Indonesia.