Ciputat Timur, 1 Maret 2024–Diskusi mengenai apakah agama memainkan peran penting dalam mengatasi krisis ekologi digelar Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta di Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Jumat 1 Maret 2024. Profesor Universitas Radbound, Belanda, Frans Wijsen yang menjadi pembicara utama menyebutkan bahwa Indonesia sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim.
“Namun, Indonesia memiliki persentase penyangkal perubahan iklim tertinggi di dunia. Jadi apakah agama memainkan peran di sini?” tanyanya memantik diskusi.
Diskusi yang dilatarbelakangi penelitian Frans Wijsen di Indonesia ini juga membahas bagaimana dukungan berbasis agama terhadap etika lingkungan dengan mengeksplorasi hubungan antara keimanan dan interaksi manusia dengan alam. Frans mengatakan penelitiannya yang menggunakan Skala Manusia dan Alam (HaN Scale) telah dilakukan di 22 negara.
Baca Juga: Selenggarakan Seminar ke 46, PPIM Bahas Manuskrip Jamiat Kheir
“Selama ini skala HaN belum digunakan di negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Jadi, kami tertarik untuk melakukannya mengetahui apakah ada pandangan spesifik Muslim mengenai hubungan manusia-alam,” jelas Frans.
Riset Frans tersebut menemukan bahwa ada empat model hubungan manusia dengan alam yakni religious steward, humanist steward, religious master, dan religious participant.
“Umat Muslim dan Protestan memiliki persetujuan yang lebih tinggi dengan model master daripada umat Katolik dan Hindu,” kata Frans.
Peneliti senior PPIM UIN Jakarta Iim Halimatusa’diyah mengatakan Skala HaN belum dapat menggambarkan perilaku, persepsi dan sikap individu. Apa yang Frans temukan di Indonesia bahwa agama tidak memainkan peran siginifikan, dikatakan Iim lantaran skala HaN sebelumnya dikembangkan di negara sekuler.
Baca Juga: Launching REACT, Tri Mumpuni Ajak Masyarakat Menjaga Keberkahan Alam Indonesia
“Temuan dari riset yang pernah kami lakukan adalah agama memiliki peran penting, tetapi efeknya berbeda untuk mereka yang mempunyai nilai agama yang berbeda dan bagi mereka yang memiliki perbedaan tipe dan tingkat keagamaan,” jelas Iim.
Diskusi ini merupakan seri Seminar ke-47 PPIM yang bertujuan memperkaya pandangan terkait isu lingkungan berbasis keagamaan di Indonesia. Direktur Eksekutif PPIM UIN Jakarta Didin Syafruddin mengatakan, diskusi ini akan memperkuat proyek riset Religious Environmentalism Actions (REACT) PPIM yang tengah berlangsung atas dukungan Kedutaan Besar Kerajaan Belanda.
“Kami berharap proyek ini dapat menjadi langkah nyata menuju Indonesia yang hijau dan berkelanjutan. Kami juga berharap proyek ini dapat menginspirasi aksi kolaboratif serupa di bidang lainnya,” tambah peraih PhD. dari McGill University, Kanada tersebut.