Jakarta, 23 Maret 2024 – Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta mengadakan pertemuan dengan Prof. Dr. Haedar Nashir, M.Si., Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, di Jakarta pada hari Senin, 18 Maret 2024. Pertemuan tersebut diadakan dengan tujuan untuk mendengarkan penjelasan serta memahami peran Muhammadiyah, sebuah organisasi keagamaan yang sangat aktif dalam isu-isu lingkungan.
Dalam kesempatan tersebut, pimpinan tertinggi Muhammadiyah itu menegaskan bahwa Muhammadiyah terus berkomitmen dalam pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan dan berlandaskan prinsip Islam. “Prinsipnya, lingkungan harus dikelola tanpa merusak. Pembangunan jangan sampai merusak alam dan lingkungan,” ungkap Haedar.
Pertemuan ini dihadiri oleh beberapa aktivis Muhammadiyah dalam bidang lingkungan dan perwakilan dari PPIM UIN Jakarta, antara lain Didin Syafruddin, PhD (Direktur Eksekutif PPIM), Din Wahid, PhD (Wakil Rektor bidang Kerjasama dan Kelembagaan UIN Jakarta) serta Saiful Umam, PhD dan Fikri Fahrul Faiz, M.IntSec, peneliti sekaligus Pelaksana Manajemen Unit dari program REACT-PPIM.
Baca Juga: Profesor Korea Selatan: Muhammadiyah Tetap Moderat
Haedar juga menyoroti pentingnya peran masyarakat dalam upaya pelestarian lingkungan. “Pemberdayaan lingkungan harus senantiasa sejalan dengan pemberdayaan masyarakat,” ungkap Haedar Nashir. Ia menekankan bahwa Muhammadiyah, melalui Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah, selalu terbuka untuk menjalin kerjasama dengan berbagai pihak dalam upaya pelestarian lingkungan.
Menurut Haedar, kesadaran akan kelestarian lingkungan tidak dapat dipisahkan dari perubahan budaya masyarakat. Haedar menyambut positif inisiatif PPIM UIN Jakarta dalam menggalang kerjasama dengan berbagai kelompok yang peduli dengan agama dan lingkungan. Ia mencontohkan di Muhammadiyah terdapat program sedekah sampah di Yogyakarta yang merupakan satu contoh upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan.
Dalam kesempatan itu, Haedar juga menambahkan, visi Muhammadiyah adalah menjadi pelaku utama dalam program-program pembangunan yang memanfaatkan sumber daya alam secara “islah” (perbaikan, keselamatan) dan tanpa “fasad” (merusak).
Baca Juga: PPIM UIN Jakarta Diskusi Agama dan Perubahan Iklim di Manggala Wanabakti
“Langkah-langkah kita saat ini masih bersifat konservasi, seperti pemanfaatan lahan terbatas untuk lumbung hidup, gerakan penyelamatan, dan lain sebagainya,” jelas Haedar. Muhammadiyah melalui Majelis Lingkungan Hidup (MLH) memproyeksikan dua langkah strategis yakni, konservasi atau penyelamatan, serta advokasi.
“Kita harus bisa memanfaatkan lingkungan dan sumber daya alam tanah air kita sebaik-baiknya, tapi tidak semata-mata untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya,” tegas Haedar.
“Karena kalau itu tujuannya, maka pasti akan merusak lingkungan di mana alam ini dianggap hanya sebagai benda saja.” Pada kesempatan yang sama, dipaparkan program-programnya terkait lingkungan yang digawangi Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PP Muhammadiyah seperti green building, panel surya, dan audit untuk bangunan Muhammadiyah.
Direktur Eksekutif PPIM UIN Jakarta Didin Syafruddin menambahkan, PPIM tengah menjalankan advokasi aktivisme lingkungan berbasis keagamaan. Kegiatan bertajuk Religious Environmentalism Actions (REACT) ini bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap isu-isu lingkungan hidup dan perubahan iklim. “Ayat-ayat Al-Quran tentang lingkungan perlu dikampanyekan dengan penjelasan ilmiah,” jelas Didin. [irf, dd1]