Jakarta (08/08) – Selama tujuh tahun sejak 2017, PPIM UIN Jakarta bekerja sama dengan Center for the Study of Manuscript Cultures (CSMC) Universität Hamburg, Jerman dan Arcadia Fund melalui program Digital Repository of Endangered and Affected Manuscripts in Southeast Asia (Dreamsea) berhasil menyelamatkan lebih dari 8000 naskah kuno di seluruh penjuru Asia Tenggara. Program ini fokus pada upaya penyelamatan naskah-naskah kuno yang terancam dan berada di tangan masyarakat.
Untuk memperluas manfaat dan kegunaan manuskrip digital itu, PPIM – Dreamsea bekerja sama dengan Perpustakaan Nasional RI menyelenggarakan Gelar Wicara bertajuk “Kerja Bersama Pengarus-Utamaan Naskah Nusantara” di Gedung Auditorium Perpusnas RI, Jakarta pada Rabu, 7 Agustus 2024. Dalam acara ini, PPIM UIN Jakarta–Dreamsea menghibahkan 571.584 gambar digital naskah kuno Asia Tenggara kepada Perpustakaan Nasional RI.
Acara ini dihadiri oleh E. Aminudin Aziz (Plt. Kepala Perpusnas RI), Didin Syafruddin (Direktur PPIM UIN Jakarta), Munawar Holil (Ketua Umum Masyarakat Pernaskahan Nusantara), perwakilan dari Bappenas RI, I Nengah Duija (Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama RI), Lukman Hakim Saifuddin (Ketua Yayasan Ngariksa Budaya Indonesia), Annabel Teh Gallop (Kurator The British Library), Jan van der Putten (Principal Investigator Dreamsea – Universität Hamburg) para peneliti, dan pemerhati naskah kuno Nusantara.
“Tujuan utama Dreamsea untuk melestariakan keragaman masyarakat Asia Tenggara.” Tutur Oman Fathurahman, Principal Investigator Dreamsea. “Selain itu, Dreamsea eksis untuk membantu dan mendampingi masyarakat para pemilik naskah kuno dalam upaya bersama melestarikan artefak kebudayaannya.” Lanjutnya
Kepala Perpustakaan Nasional RI, Aminudin Aziz, menyambut baik adanya hibah naskah kuno digital ini oleh PPIM UIN Jakarta–Dreamsea. “Hibah ini merupakan contoh yang baik bagaimana masyarakat bersinergi dengan pemerintah dalam upaya pelestarian khazanah literasi bangsa. Tutur Aminudin dalam sambutannya. “Hal ini sejalan dengan program prioritas Perpusnas bertajuk “Pengarus-utamaan Naskah Nusantara” yang kami jalankan mulai beberapa bulan terakhir ini.” Ungkapnya.
“Secara umum paradigma program pelestarian manuskrip ini harus diubah. Seringkali kita berjalan sendiri-sendiri baik pemerintah maupun masyarakat. Mulai saat ini, mau tidak mau harus menggalakkan kerja sama dengan beragam kalangan dan tidak bersifat parsial.” Kata Oman. “Kini kami menunggu gebrakan Perpusnas RI untuk melayankan seluruh koleksi naskah-naskah digital ini untuk pemajuan kebudayan Indonesia.” Harap Oman dalam paparannya.
Penulis: Abdullah Maulani