Dapatkan Segera Buku & Hasil Penelitian PPIM UIN Jakarta Download Sekarang

PPIM Seminar Series: Mungkin Esok, Lusa, Atau Nanti Masyarakat Lebih Peduli Lingkungan


Tangerang Selatan (06/08)—Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta menyelenggarakan Seminar Seri ke-48 dengan tajuk “Mungkin Esok, Lusa, Atau Nanti: Masyarakat Lebih Peduli Lingkungan”. Seminar ini merupakan rangkaian acara dari hasil survei nasional Religious and Environmental Action (REACT) yang dipublikasikan oleh PPIM pada 24 Juli lalu.

Seminar yang berlangsung secara hybrid ini dilaksanakan luring di ruang seminar lantai 3 PPIM dan disiarkan langsung melalui kanal YouTube PPIM UIN Jakarta. Diskusi yang berlangsung selama dua jam ini menghadirkan Endi Aulia Garadian, peneliti dari PPIM, serta Khalisah Walid, Public Engagement and Action Manager Greenpeace Indonesia.

Endi memaparkan bahwa survei nasional REACT menunjukkan adanya peningkatan kesadaran masyarakat Indonesia terhadap isu lingkungan, dengan 79,45% responden mengetahui atau pernah mendengar tentang perubahan iklim. Sebagian besar dari mereka juga memahami contoh atau dampak perubahan iklim. Menariknya, sekitar 70% masyarakat setuju bahwa perubahan iklim disebabkan oleh aktivitas manusia, seperti perkebunan sawit dan pertambangan.

Baca Juga: Hibah Digital Naskah Kuno Nusantara dari DREAMSEA untuk Perpusnas

“Sebenarnya ini tanda yang baik untuk masyarakat kita, tetapi pengetahuan masyarakat juga harus didukung oleh perilaku dan tindakan peduli lingkungan,” ujar Endi.

Khalisah Walid, yang akrab dipanggil Alin, memberikan tanggapan positif terhadap hasil survei PPIM. Menurutnya, temuan riset ini memberikan harapan yang bagus bagi penyelamatan lingkungan hidup dan aksi iklim.

“Saya sangat mengapresiasi survei dari PPIM. Bagi Greenpeace, hasil riset ini bisa memberikan gambaran mengenai pengetahuan, perilaku, sikap, serta penilaian publik terhadap isu lingkungan dan perubahan iklim,” ucap Alin.

Baca Juga: Tentang Muslim, Tambang, dan Survei

Namun, Alin juga menyoroti bahwa masyarakat Indonesia masih menganggap kerusakan lingkungan sebagai tanggung jawab individu. Oleh karena itu, ia menekankan perlunya kampanye untuk mengubah kesadaran kolektif mengenai isu lingkungan menjadi kesadaran publik yang lebih luas.

“Sebagian besar masyarakat menilai tanggung jawab dari kerusakan lingkungan dan krisis iklim itu letaknya pada individu-individu, belum dilihat secara sistematis dan struktural. Harapannya, masyarakat kita bisa melihat korelasi antara isu lingkungan dengan politik, karena untuk bisa menghasilkan kebijakan yang pro-lingkungan, kita harus bisa mengkorelasikan isu lingkungan dengan politik,” pungkas Alin.

Endi dan Alin sepakat bahwa salah satu cara untuk mengatasi kerusakan lingkungan dan perubahan iklim adalah dengan mengembangkan sikap dan perilaku pro-lingkungan di masyarakat yang memiliki insentif ekonomi. Karena perilaku ramah lingkungan yang banyak diterapkan oleh masyarakat Indonesia berdampak secara ekonomi, penting untuk merancang kebijakan yang mendorong perilaku tersebut dengan mempertimbangkan insentif ekonomi. Selain itu, keterlibatan berbagai pemangku kepentingan dan agen sosial, seperti pemerintah, ilmuwan, tokoh agama, dan organisasi lingkungan, juga diperlukan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya perilaku ramah lingkungan.

Acara ini diharapkan dapat menjadi titik awal bagi generasi muda Indonesia untuk menjadi penggerak perbaikan masa depan Indonesia yang lebih peduli terhadap lingkungan.

Penulis: Firda Amalia
Editor: Irfan Farhani