Phan Rang-Tháp Chàm, Vietnam – Dreamsea (Digital Repository of Endangered and Affected Manuscripts in Southeast Asia), program yang dikelola oleh Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta, bekerja sama dengan Pusat Penelitian Budaya Cham (Cham Cultural Research Center), sukses menyelenggarakan workshop bertema “Southeast Asian Manuscript Digitization” di Phan Rang-Tháp Chàm, Vietnam pada 21-22 Agustus 2024. Workshop ini menjadi ajang penting bagi para akademisi, peneliti, dan pegiat budaya dari berbagai negara Asia Tenggara untuk memperdalam pengetahuan tentang digitalisasi manuskrip dan melestarikan warisan budaya yang terancam punah.
Asia Tenggara dikenal sebagai wilayah yang kaya akan warisan manuskrip dengan nilai sejarah, sastra, dan budaya yang sangat tinggi. Namun, banyak dari manuskrip ini berada dalam kondisi yang memprihatinkan dan berisiko hilang seiring berjalannya waktu. Digitalisasi menjadi solusi penting untuk melestarikan dan memastikan bahwa manuskrip-manuskrip ini dapat diakses oleh generasi mendatang.
Workshop ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas para peserta dalam teknik digitalisasi manuskrip, pengelolaan metadata, dan dokumentasi lapangan. Melalui pelatihan intensif, peserta diharapkan dapat menerapkan pengetahuan ini di institusi masing-masing, sehingga koleksi manuskrip di kawasan ini dapat didigitalisasi dengan standar yang tinggi.
Workshop ini berlangsung selama dua hari dan diisi dengan berbagai sesi yang mendalam dan interaktif. Abdullah Maulani, Data Manager dari Dreamsea, memaparkan langkah-langkah penting dalam proses digitalisasi manuskrip. Ia menjelaskan metodologi dan tantangan yang dihadapi dalam proyek ini, serta pentingnya menjaga integritas dan keaslian manuskrip selama proses digitalisasi.
Ilham Nurwansah membahas pentingnya metadata dalam pengelolaan koleksi digital. Peserta diajarkan cara menyusun metadata yang lengkap dan akurat agar manuskrip digital dapat diakses dan dimanfaatkan dengan maksimal. Sedangkan, Lilis Shofiyanti, Asisten Data Manajer Dreamsea, memberikan panduan mengenai penulisan “mission diary” sebagai bagian penting dari dokumentasi proses digitalisasi. Ia menekankan pentingnya mencatat pengalaman lapangan secara naratif untuk menambah konteks budaya dan sejarah dalam proyek digitalisasi.
Workshop ini diikuti oleh peserta dari berbagai latar belakang, termasuk peneliti, pustakawan, akademisi, dan masyarakat dalam komunitas Cham di Vietnam. Mereka menunjukkan antusiasme yang tinggi dalam mengikuti setiap sesi, terutama dalam diskusi interaktif yang membahas tantangan praktis yang dihadapi di lapangan.
Le Xuân Lợi, Ketua dari Cham Cultural Research Center, menyampaikan bahwa workshop ini sangat membuka wawasan baru tentang pentingnya digitalisasi manuskrip dan juga merupakan kolaborasi pertama dengan Indonesia dalam upaya digitalisasi manuskrip. “Kami sangat terbantu dengan pengetahuan yang dibagikan di sini. Digitalisasi manuskrip bukan hanya soal teknologi, tetapi juga soal menjaga dan menghargai warisan budaya kita, ini adalah pertama kalinya kami menjalin kerjasama dengan Indonesia dalam mendigitalkan manuskrip” ujarnya.
Workshop ini diakhiri dengan komitmen kuat dari para peserta untuk menerapkan ilmu yang diperoleh di institusi masing-masing. Penyelenggara, Dreamsea-PPIM UIN Jakarta, dan Cham Cultural research Center juga menyatakan akan terus mendukung upaya digitalisasi manuskrip di Asia Tenggara, terutama di Vietnam, melalui kegiatan serupa di masa mendatang.
Dengan keberhasilan workshop ini, diharapkan bahwa upaya pelestarian manuskrip di Asia Tenggara akan semakin kuat, dan kerjasama antar negara di kawasan ini akan terus berkembang demi menjaga warisan budaya yang tak ternilai harganya.
Penulis: Lilis Shofiyanti (Peneliti Dreamsea-PPIM UIN Jakarta)