Jakarta (11/12) — Program Pesantren Leaders’ Visit to Japan kembali digelar pada penghujung tahun 2024. Program ini merupakan inisiatif bersama antara Kedutaan Besar Jepang dan Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta, yang telah berlangsung sejak tahun 2004. Pada periode ini, lima pimpinan pesantren terpilih dari berbagai provinsi di Indonesia, yaitu Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Tengah mengikuti program yang bertujuan mempererat hubungan bilateral antara Indonesia dan Jepang di berbagai bidang, termasuk politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
Program ini didampingi oleh Testriono, Direktur Pengelolaan Pengetahuan dan Pengembangan Kelembagaan (PPPK) PPIM UIN Jakarta, yang turut serta dalam rangkaian kegiatan. Setelah mengikuti serangkaian kegiatan di Jepang, para peserta beserta pendamping kembali ke Indonesia pada 11 Desember 2024, dan menyampaikan laporan tentang pengalaman mereka dalam acara yang diadakan di Four Seasons Hotel, Jakarta. Acara penyambutan ini dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, termasuk Wakil Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Nagai Katsuro; Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia, Jamhari Makruf; Direktur Eksekutif PPIM UIN Jakarta, Didin Syafruddin; perwakilan dari Japan Foundation, serta sejumlah media.
Dalam sambutannya, Wakil Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Nagai Katsuro, mengungkapkan bahwa program ini tidak hanya bertujuan untuk memperkenalkan budaya Jepang, tetapi juga untuk memperdalam pemahaman dan kolaborasi antara Indonesia dan Jepang di berbagai sektor. “Kami berharap melalui program ini, para pimpinan pesantren dapat menyaksikan langsung bagaimana pendidikan karakter di Jepang membentuk masyarakat yang harmonis dan disiplin,” ujarnya.
Prof. Jamhari Makruf, Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), yang turut hadir dalam acara pelaporan, menekankan pentingnya nilai-nilai pendidikan karakter dalam membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki integritas dan rasa tanggung jawab yang tinggi. “Program ini memberikan kesempatan yang sangat baik bagi para pimpinan pesantren untuk melihat secara langsung bagaimana Jepang menekankan pendidikan karakter dalam kehidupan sehari-hari, dan saya yakin ini akan sangat berguna dalam mengembangkan pendidikan di pesantren-pesantren di Indonesia,” ujar Prof. Jamhari.
Selama berada di Jepang, peserta program mengikuti berbagai kegiatan, seperti kunjungan ke Taman Kanak-kanak (TK) Meitoku, Sekolah Dasar (SD) Fuchu, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Pertanian Tokyo. Mereka juga mengunjungi beberapa kuil di Kyoto, belajar membuat kaligrafi, serta tinggal bersama keluarga-keluarga lokal Jepang. Pengalaman ini memberikan wawasan tentang cara hidup masyarakat Jepang, khususnya dalam mendidik generasi muda.
Salah satu peserta program, Ustadzah Kiki Mustaqimah, seorang Nyai atau pimpinan Pondok Pesantren Modern Darul Istiqomah, Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan, menyatakan, “Di Jepang, saya melihat bagaimana mereka menanamkan nilai-nilai disiplin dan tanggung jawab sejak usia dini, mulai dari kebiasaan menjaga kebersihan hingga menghormati orang lain. Ini adalah pelajaran berharga yang bisa diterapkan di pesantren kami.”
Harapannya, para peserta program ini dapat mengimplementasikan berbagai praktik baik yang mereka pelajari di Jepang dalam pengelolaan dan pendidikan di pesantren masing-masing. Sebagai penutupan acara pelaporan, para peserta menikmati makan malam bersama, dilanjutkan dengan penyerahan sertifikat, dan sesi foto bersama sebagai kenang-kenangan dari program yang penuh makna ini. Program ini diharapkan dapat mempererat hubungan antara kedua negara, sekaligus memberikan dampak positif dalam pengembangan pendidikan pesantren di Indonesia.
Penulis:
Grace Rahmanda dan Lilis Shofiyanti