Atasi Perubahan Iklim, PPIM UIN Jakarta Dorong Pemanfaatan Ajaran Agama
Jakarta, 12 Desember 2024 – Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (UIN Jakarta) mengajak seluruh pihak untuk bersinergi dalam menghadapi krisis iklim yang semakin mendesak. Dalam Project Board Meeting kedua Religious Environmentalism Actions (REACT), yang berlangsung pada Kamis, 12 Desember 2024 di Hotel Akmani, Jakarta, PPIM menekankan pentingnya kolaborasi antara pemuka agama, masyarakat, dan pemerintah dalam merumuskan kebijakan yang dapat mengatasi tantangan lingkungan yang kian nyata.
Direktur Eksekutif PPIM, Didin Syafruddin, dalam sambutannya mengatakan bahwa pendekatan ilmiah sangat diperlukan, namun mengingat Indonesia sebagai negara dengan mayoritas penduduk yang religius, peran agama sangat krusial dalam mengarusutamakan isu perubahan iklim.
“Hari ini, kami berharap pertemuan dengan berbagai stakeholder, baik yang bergerak di bidang agama, pendidikan, maupun lingkungan, dapat menghasilkan masukan yang konstruktif untuk merumuskan kebijakan yang lebih efektif dalam mengatasi perubahan iklim,” ujar Didin.
Baca Juga: Kolaborasi PKUB dan PPIM untuk Pelestarian Lingkungan Berbasis Agama
Sebagai bagian dari upaya ini, PPIM telah melaksanakan Survei Nasional Pandangan Publik di Indonesia Terkait Agama, Lingkungan, dan Perubahan Iklim. Survei ini dilakukan antara 1 Maret hingga 21 April 2024, dengan tingkat respons mencapai 97,06%. Koordinator Riset PPIM, IIM Halimatussadiyah, menjelaskan hasil survei yang menunjukkan bahwa 79,45% masyarakat semakin menyadari adanya perubahan iklim. Namun, hanya 50,4% yang merasa khawatir mengenai kerusakan lingkungan, dengan 46,17% responden yang percaya bahwa manusia adalah penyebab utama kerusakan tersebut.
Serangkaian riset ini merupakan bagian dari program REACT yang bertujuan untuk memberdayakan pemuda, pemimpin agama, dan komunitas dalam mendukung pembangunan lingkungan yang berkelanjutan, dengan pendekatan yang mengintegrasikan dimensi sosial dan nilai-nilai agama. REACT diharapkan dapat menjadi platform untuk mendorong partisipasi aktif masyarakat, terutama dalam upaya konservasi lingkungan, serta memfasilitasi sinergi antara agama dan ilmu pengetahuan dalam menghadapi perubahan iklim.
Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan, Amich Alhumami, juga menekankan pentingnya peran agama dalam mengarusutamakan isu perubahan iklim. Dalam sambutannya, Amich menyampaikan bahwa dimensi sosial budaya, ekologi, serta ketahanan sosial dan ekologi merupakan fondasi yang sangat penting dalam mewujudkan Indonesia yang berkelanjutan.
“Transformasi Indonesia emas mencakup tiga aspek utama: sosial, ekonomi, kelembagaan dan tata kelola. Transformasi ini tidak akan berhasil tanpa didukung oleh landasan yang kokoh, yang salah satunya adalah ketahanan sosial budaya dan ekologi,” jelas Amich.
Melalui kolaborasi ini, PPIM berharap dapat mendorong terjadinya perubahan yang lebih nyata dalam upaya perlindungan lingkungan, dengan memanfaatkan kekuatan agama untuk menciptakan kesadaran kolektif dan perubahan perilaku yang mendalam di seluruh lapisan masyarakat Indonesia.