Dari YOLO Menuju YONO: Gaya Hidup Sadar Lingkungan untuk Masa Depan Berkelanjutan
Slogan “YOLO” (You Only Live Once) sempat populer beberapa tahun silam, terutama di kalangan generasi muda. Filosofi untuk menikmati hidup sepenuhnya ini memang menggugah semangat, tetapi sayangnya, implementasi YOLO sering kali berujung pada gaya hidup konsumtif yang kurang ramah lingkungan. Kini, seiring dengan meningkatnya kesadaran akan kelestarian lingkungan, muncul tren baru yang lebih bijak, yaitu YONO, akronim dari You Only Need One. Lebih dari sekadar pergantian istilah, YONO mencerminkan pergeseran pola pikir menuju kehidupan yang lebih berkelanjutan.
Harus diakui, semangat YOLO untuk menikmati hidup seringkali diterjemahkan menjadi konsumsi berlebihan yang berdampak signifikan terhadap lingkungan. Bentuknya mulai dari tren mode cepat atau fast fashion hingga konsumsi kurang bertanggung jawab.
Baca Juga: Menghormati Alam Seperti Kita Menghormati Ibu
Tren fashion yang berganti dengan cepat, didorong oleh keinginan untuk selalu tampil up-to-date di media sosial, berkontribusi pada masalah lingkungan yang serius. Industri fast fashion yang memproduksi pakaian secara massal, boros dalam penggunaan air dan energi, serta menghasilkan limbah tekstil dalam jumlah besar. Data dari World Resources Institute (2019) mengungkapkan bahwa industri fesyen menyumbang 10% dari total emisi karbon global, melebihi kontribusi gabungan industri penerbangan dan perkapalan internasional.
Keinginan untuk menjelajahi berbagai destinasi wisata memang positif. Namun, perlu disadari bahwa setiap perjalanan, terutama yang menggunakan pesawat terbang, meninggalkan jejak karbon yang tidak sedikit. Semakin tinggi mobilitas, semakin besar pula kontribusi kita terhadap emisi gas rumah kaca.
Perkembangan teknologi yang pesat memang menggiurkan. Namun, keinginan untuk selalu memiliki gadget terbaru, padahal perangkat yang lama masih berfungsi dengan baik, perlu dipertimbangkan ulang. Produksi perangkat elektronik memerlukan sumber daya alam yang signifikan dan menghasilkan limbah elektronik yang mengandung bahan berbahaya.
Singkatnya, gaya hidup YOLO yang tidak diimbangi dengan kesadaran lingkungan dapat memperburuk krisis iklim yang sedang kita alami.
YONO: Kesederhanaan yang Berdampak Positif
YONO, You Only Need One, menawarkan perspektif yang berbeda dan lebih bertanggung jawab. Alih-alih menumpuk barang dan terus mengejar pengalaman baru, YONO mengajak kita untuk lebih cermat dalam berkonsumsi. Prinsip utamanya adalah fokus pada esensi kebutuhan, bukan sekadar pemenuhan keinginan.
Daripada memiliki banyak barang dengan kualitas rendah, lebih baik berinvestasi pada barang berkualitas yang tahan lama dan memiliki nilai guna yang tinggi. Alih-alih menghabiskan uang untuk barang-barang yang mungkin tidak terlalu dibutuhkan, pertimbangkan untuk mengalokasikan dana untuk pengalaman yang lebih bermakna dan memperkaya diri, seperti mengikuti kursus keterampilan baru atau melakukan kegiatan sosial.
Transisi dari YOLO ke YONO bukan berarti kita mengesampingkan kebahagiaan dan kesenangan. Sebaliknya, dengan hidup lebih sederhana dan bertanggung jawab, kita justru meningkatkan kualitas hidup, sekaligus berkontribusi pada kelestarian lingkungan. YONO mengajarkan kita untuk lebih menghargai apa yang kita miliki dan mengurangi konsumsi berlebihan yang berdampak negatif bagi bumi. Mari kita mulai langkah nyata menerapkan prinsip YONO, demi bumi yang lebih sehat dan masa depan yang lebih berkelanjutan.
Bayangkan bumi ini seperti sebuah gawai pintar yang kita miliki. Jika baterainya, yang merupakan representasi dari sumber daya alam, habis, bagaimana kita akan mengisi ulangnya? Apakah kita yakin teknologi yang ada mampu mencari solusinya secepat kerusakan yang telah kita perbuat?
YOLO sudah lewat, sekarang zamannya YONO! Terapkan You Only Need One untuk hidup lebih ramah lingkungan. Yuk, mulai dari hal kecil dan ajak sekitarmu!