Hening Parlan: Potensi Green Islam di Indonesia Cukup Besar

Hening Parlan berbicara tentang Green Islam di acara PPIM UIN Jakarta

Hening Parlan: Potensi Green Islam di Indonesia Cukup Besar

Jakarta, 11 Februari 2025 – Hening Parlan, Koordinator GreenFaith Indonesia, menegaskan bahwa Green Islam memiliki potensi besar untuk mendorong inovasi lingkungan berbasis komunitas di Indonesia. Hal ini disampaikan dalam peluncuran hasil penelitian “Inovasi Lingkungan Muslim Indonesia: Bagaimana Komunitas Lokal Berdaya?” oleh Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta, pada 11 Februari 2025 di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta.

Penelitian ini merupakan bagian dari proyek REACT (Religious Environmentalism Actions), yang bertujuan mengidentifikasi peran agama dalam aksi lingkungan.

Baca Juga: Studi PPIM UIN Jakarta Ungkap Kunci Keberhasilan Pesantren Ramah Lingkungan di Indonesia

Potensi Besar Green Islam

Hening menyoroti bahwa Indonesia, sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim, memiliki institusi keagamaan yang kuat, seperti masjid, lembaga pendidikan Islam, dan tokoh agama yang berpengaruh. “Sudah 29 tahun perjalanan Indonesia sejak Paris Agreement. Banyak gerakan Green Islam yang telah tumbuh,” ujarnya.

Menurutnya, 72% masyarakat Indonesia telah memahami isu perubahan iklim, menunjukkan peningkatan kesadaran lingkungan. “Ini momentum tepat untuk menggerakkan komunitas Muslim dalam aksi nyata,” tambah Hening.

Peran Perempuan dalam Green Islam

Hening menekankan bahwa perempuan memainkan peran krusial dalam gerakan lingkungan. “Perempuan berada di garis terdepan karena mereka yang paling terdampak. Mereka harus mencari solusi,” jelasnya.

Ia mencontohkan keterlibatan organisasi perempuan seperti Fatayat NU dan Aisyiyah, yang aktif membahas isu lingkungan dalam pertemuan nasional. “Bulan depan, Fatayat NU akan menggelar pertemuan di Jawa Timur. Bulan lalu, Tanwir Aisyiyah juga membahas Green Islam,” paparnya.

Temuan Riset PPIM UIN Jakarta

Hening mengapresiasi temuan riset PPIM UIN Jakarta yang menunjukkan bahwa komunitas Muslim lokal dapat menjadi aktor kunci dalam mengatasi krisis iklim. “Dengan prinsip Islam yang menekankan kelestarian alam, gerakan ini bisa jadi solusi inklusif dan berkelanjutan,” ujarnya.

Riset ini membuktikan bahwa nilai-nilai agama dapat menjadi pendorong kuat untuk aksi lingkungan, terutama di tingkat akar rumput.

Narasumber Lain dalam Acara

Selain Hening Parlan, acara ini juga menghadirkan:

  • Andhyta Firselly Utami (Founder Think Policy Indonesia)
  • Prof. Dr. Suharko (Guru Besar Sosiologi UGM)
  • Anggi Pertiwi Putri (Perwakilan Bappenas)

Penulis: Tati Rohayati
Penyunting: Irfan Farhani