Pesantren sebagai Basis Kampanye Lingkungan: Dandhy Laksono Soroti Perubahan dan Tantangan
Jakarta, 19 Februari 2025 – Co-Founder Watchdoc sekaligus sutradara Sexy Killers, Dandhy Dwi Laksono, menyoroti pesantren sebagai target strategis dalam kampanye isu lingkungan. Pernyataan ini disampaikan dalam peluncuran hasil riset Pesantren Ramah Lingkungan: Tumbuh atau Tumbang? yang diselenggarakan di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta.
Penelitian ini merupakan bagian dari proyek Religious Environmentalism Actions (REACT) yang diinisiasi oleh Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan dukungan Kedutaan Besar Kerajaan Belanda di Indonesia.
Baca Juga: Studi PPIM UIN Jakarta Ungkap Kunci Keberhasilan Pesantren Ramah Lingkungan di Indonesia
Dari Mikrohidro hingga Kalpataru: Jejak Inisiatif Lingkungan Pesantren
Dalam kesempatan tersebut, Dandhy membagikan pengalamannya terkait peran pesantren dalam isu lingkungan. Ia mencontohkan inisiatif Tuan Guru Hasanain Juaini dari Lombok Barat yang menerima penghargaan Nobel Asia jauh sebelum 2016 atas inovasi mikrohidro. “Ini merupakan penghargaan bagi seorang aktivis keagamaan yang sekaligus juga aktivis lingkungan,” ujarnya.
Dandhy juga menyoroti tren penerima penghargaan Kalpataru dari kalangan pesantren yang mengalami perubahan signifikan. “Pada era 1980–1990-an, penerima Kalpataru dari pesantren hampir setiap tahun ada. Namun, setelah reformasi, semakin jarang,” ungkapnya.
Tantangan Ekonomi dan Pergeseran Model Bisnis Pesantren
Dandhy menilai perubahan ini terjadi karena pesantren yang dulunya memiliki kemandirian ekonomi berbasis lingkungan, seperti pertanian dan pengelolaan sumber daya alam, kini cenderung bergantung pada pendanaan berbasis proposal, yang sering kali tidak berkaitan dengan isu lingkungan.
“Karena tidak ada lagi insentif ekonomi yang membuat pesantren tetap terikat dengan isu lingkungan, model bisnis pesantren pun berubah. Dulu mereka sensitif terhadap isu lingkungan, tetapi sekarang tidak lagi,” tambahnya.
Meski demikian, Dandhy melihat potensi besar pesantren sebagai jalur efektif dalam kampanye lingkungan. “Melihat penelitian ini seperti kembali ke akar. Bahkan para aktivis lingkungan pun kini mulai berkampanye ke pesantren,” katanya. Ia menegaskan bahwa pesantren, dengan pengaruh kuat para kiai, bisa menjadi kendaraan efektif dalam membangun kesadaran lingkungan berbasis agama, asalkan didukung oleh investasi pada pengetahuan dan pendidikan lingkungan yang memadai.
Peluncuran riset ini turut dihadiri oleh Amich Alhumami, Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan Kementerian PPN/Bappenas; Muhadjir Effendy, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan periode 2019–2024; serta Riri Khariroh, Pengurus Bidang Pemberdayaan Masyarakat NU Care LAZISNU.[dd1]
Penulis: Grace Sandra Pramesty R
Penyunting: Dadi Darmadi