Riri Khariroh, NU Care LAZISNU: Problem Lingkungan Terbesar di Pesantren adalah Sampah

Riri Khariroh (NU Care LAZISNU) menyampaikan presentasi tentang tantangan pengelolaan sampah di pesantren dalam peluncuran riset PPIM UIN Jakarta di Grand Sahid Jaya, Jakarta, 19 Februari 2025. Tampak juga narasumber lain: Amich Alhumami (Bappenas), Muhadjir Effendy (Muhammadiyah), dan Dandhy Dwi Laksono (Watchdoc).

Riri Khariroh, NU Care LAZISNU: Problem Lingkungan Terbesar di Pesantren adalah Sampah

Jakarta, 11 Februari 2025 – Riri Khariroh, Pengurus Bidang Pemberdayaan Masyarakat, NU Care LAZISNU menyoroti problem lingkungan terbesar di lingkungan pesantren adalah sampah, “di lingkungan pesantren, sampah menjadi masalah yang serius, banyak pesantren di Indonesia kesulitan bahkan gagal dalam menangani sampah. Mirisnya, 99% santri di pesantren tidak bisa membedakan sampah organik dan non-organik” ujar Riri.

Pernyataan tersebut ia sampaikan dalam acara peluncuran hasil penelitian Pesantren Ramah LIngkungan: Tumbuh atau Tumbang? Yang diselenggarakan pada 19 Februari 2025 di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta. Penelitian yang dikoordinatori oleh Iim Halimatusa’diyah ini merupakan bagian dari proyek REACT (Religious Environmentalism Actions) yang diinisiasi oleh Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta.

Baca Juga: Studi PPIM UIN Jakarta Ungkap Kunci Keberhasilan Pesantren Ramah Lingkungan di Indonesia

NU Care LAZISNU dan Program Pesantren Hijau

Sebagai anggota yang telah lama di NU Care-LAZISNU, Riri memaparkan bahwa telah ada upaya yang dilakukan oleh Nahdlatul Ulama (NU) sebagai ormas Islam yang memiliki basis massa terbesar di Indonesia, dalam merespon masalah lingkungan di Pesantren. NU dalam hal ini telah menginisiasi program Pesantren Hijau di tujuh 7 (tujuh) pesantren dari 5 provinsi di Indonesia, yaitu DKI Jakarta, banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

“Program Pesantren Hijau NU sengaja dirancang dalam rangka meningkatkan kesadaran dan keterampilan para santri dalam menjaga lingkungan serta mewujudkan pesantren yang hijau dan ramah lingkungan. Program tersebut berkolaborasi dengan NU Care-LAZISNU, Rabithah Ma’ahid Islamiyah (Asosiasi Pesantren NU), dan Lembaga Penanggulangan bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) NU” papar Riri

Kisah Sukses: Dari Probolinggo hingga Demak

Upaya ini menurut Riri menjadi bagian dari upaya mewujudkan visi NU, yaitu “Merawat Jagat, Membangun Peradaban”. Sementara, di antara pesantren yang telah berhasil dalam menerapkan penanganan sampah yaitu Ponpes Zainul Hasan Genggong, Probolinggo, Jawa Timur; Ponpes Al-Hamidiyah, Depok, Jawa Barat; Ponpes Al-Mubarok, Demak, Jawa Tengah; Ponpes Mahasina, Bekasi, Jawa Barat.

Mengambil pelajaran dari beberapa pesantren tersebut, menurut Riri diperlukan seluruh elemen masyarakat pesantren seperti guru, ustaz, ustazah, santri, serta petugas kebersihan pesantren untuk turut serta aktif dalam menjaga lingkungan pesantren.

“Keberhasilan dalam menangani masalah lingkungan seperti sampah ini karena adanya dukungan dan kesadaran dari seluruh lapisan masyarakat pesantren” kata Riri.

Baca Juga: Agama sebagai Katalis Perubahan: Inovasi Muslim Lokal dalam Merawat Bumi

Kunci Keberhasilan: Kepemimpinan hingga Keterlibatan Multisektor

Di akhir sesi, Riri menjelaskan bahwa keberhasilan pesantren dalam menangani sampah maupun lingkungan manakala beberapa unsur ini telah ada yakni leadership pimpinan pesantren, adanya regulasi dan struktur internal di pesantren, tersedianya sarana dan prasarana, adanya role models dari pimpinan pesantren, mainstreaming nilai-nilai spiritual ecology dan kegiatan pesantren, serta adanya keterlibatan dari pihak luar seperti pesantren dan lembaga lingkungan. 

Selain Riri Khariroh, acara peluncuran riset yang dimoderatori oleh Husnul Khitam, peneliti PPIM UIN Jakarta ini juga menghadirkan sejumlah narasumber antara lain, Amich Alhumami (Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan-Bappenas), Muhadjir Effendy (Ketua PP Muhammadiyah/Menko PMK 2019-2024), dan Dandy Dwi Laksono (Co-Founder Watchdoc dan Sutradara film “Sexy Killers).

Penulis: Tati Rohayati
Penyunting: Dadi Darmadi