Studi PPIM UIN Jakarta Ungkap Kunci Keberhasilan Pesantren Ramah Lingkungan di Indonesia
Jakarta, 19 Februari 2025 –Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta meluncurkan hasil penelitian terbaru bertajuk “Pesantren Ramah Lingkungan: Tumbuh atau Tumbang”. Studi ini menjawab pertanyaan penting: mengapa sebagian pesantren berhasil mempertahankan program ramah lingkungan, sementara lainnya gagal?
Penelitian ini melakukan pengumpulan data melalui Focus Group Discussion (FGD) (September 2024) yang melibatkan 33 pesantren. Studi ini juga melakukan Studi kasus melalui observasi dan wawancara (Oktober-November 2024) di 34 pesantren yang tersebar di 12 provinsi di Indonesia. Melalui metode ini, penelitian ini mewawancarai 214 informan yang terdiri dari 24 kyai/pimpinan pesantren, 6 nyai, 64 ustadz, 22 ustadzah, 61 santriwan, dan 37 santriwati.
Dari 55 pesantren yang diteliti melalui FGD dan Studi Kasus, penelitian ini menemukan, bahwa 87% dari program lingkungan yang diterapkan dapat berlanjut, tetapi kebanyakan program yang sepenuhnya berlanjut cenderung merupakan program skala kecil, dengan fokus utama pada pengelolaan sampah dan limbah, konservasi dan biodiversitas, budidaya pertanian dan peternakan, energi alternatif dan pengelolaan air, pendidikan lingkungan, serta infrastruktur ramah lingkungan.
Baca Juga: Menjawab Krisis Iklim: Bagaimana Komunitas Muslim Lokal Menggerakkan Inovasi Lingkungan
Greening Islam: Integrasi Nilai Agama dan Lingkungan
Dari 361 pesantren yang disurvei, 269 (74,52%) memiliki program lingkungan, dengan mayoritas fokus pada penanaman pohon dan pengelolaan sampah. Rata-rata pesantren yang memiliki program ramah lingkungan lingkungan cenderung memiliki perilaku ramah lingkungan yang lebih tinggi dibandingkan yang tidak memiliki program.
Dalam merespons masalah lingkungan, pesantren secara kreatif mengintegrasikan nilai-nilai agama dengan isu lingkungan dengan menghasilkan beberapa konsep baru seperti sedekah sampah, sedekah oksigen, dan wakaf mata air, dan lain lain. Konsep ini tidak hanya mendorong pelestarian lingkungan tetapi juga menanamkan kesadaran ekologis berbasis keagamaan.
“Kasus-kasus di pesantren telah membuktikan bahwa nilai agama bisa menjadi pendorong kuat aksi lingkungan. Namun, keberlanjutan memerlukan kolaborasi multisektor,” ujar Iim Halimatusa’diyah, Koordinator Riset PPIM UIN Jakarta.
Perempuan dan Tantangan Patriarki
Keterlibatan perempuan dalam program lingkungan masih sangat terbatas terutama dalam hal pengambilan keputusan. Temuan ini mengindikasikan bahwa budaya patriarki masih menjadi hambatan struktural dalam mewujudkan kesetaraan peran perempuan dalam pengelolaan lingkungan.
Namun, pesantren yang mengintegrasikan perempuan dalam kepemimpinan program menunjukkan hasil yang lebih berkelanjutan. Hal ini menegaskan bahwa peningkatan partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan bukan hanya persoalan keadilan gender, tetapi juga faktor strategis bagi efektivitas program lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan yang lebih inklusif, seperti pemberdayaan nyai dan santriwati dalam struktur kepemimpinan serta penyediaan pelatihan yang mendorong kapasitas kepemimpinan perempuan dalam isu lingkungan.
Baca Juga: Agama sebagai Katalis Perubahan: Inovasi Muslim Lokal dalam Merawat Bumi
Faktor Keberhasilan dan Tantangan
Penelitian ini menemukan sejumlah faktor keberlanjutan dalam praktik ramah lingkungan di pesantren. Faktor tersebut di antaranya inisiatif internal, dukungan pemimpin, dan kolaborasi dengan pemerintah/LSM.
Selain faktor keberlanjutan, praktik ini juga menghadapi tantangan-tantangan yang menyebabkan program ramah lingkungan tidak berlanjut, seperti ketergantungan pada pihak eksternal, ketergantungan pada kiai/nyai atau pimpinan lainnya di pesantren, keterbatasan sumber daya, dan budaya patriarki yang mengurangi peran perempuan.
Rekomendasi
Berdasarkan temuan penelitian, PPIM UIN Jakarta merekomendasikan langkah-langkah berikut untuk memperkuat pesantren ramah lingkungan:
- Meningkatkan tanggung jawab sosial pesantren terhadap isu lingkungan di luar pesantren.
- Mengembangkan kemandirian ekonomi melalui usaha berbasis ekonomi hijau, seperti pertanian organik dan energi terbarukan.
- Memperkuat kolaborasi antar-pemangku kepentingan (pesantren, pemerintah, swasta, dan organisasi sipil).
- Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia melalui pelatihan dan pendampingan.
- Mengintegrasikan eko-teologi dalam aktivitas keseharian pesantren.
- Membentuk badan atau divisi khusus untuk mengelola program ramah lingkungan.
- Mengoptimalkan pengelolaan tata ruang dan lahan untuk mendukung program ramah lingkungan.
Peluncuran Riset dan Diskusi dengan Para Ahli
Hasil penelitian REACT ini diluncurkan dalam sebuah diskusi pada Rabu 19 Februari 2025 di Grand Sahid Jaya, Jakarta, dan menghadirkan sejumlah pakar, di antaranya:
- Amich Alhumami, MA., M.Ed., Ph.D, Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan – BAPPENAS
- Prof. Dr. Muhadjir Effendy, M.A.P, Ketua PP Muhammadiyah/Menko PMK periode 2019-2024
- Dandhy Dwi Laksono, Co-founder WatchdoC Documentary dan Sutradara Film Sexy Killers, dan
- Riri Khariroh, Pengurus Bidang Pemberdayaan Masyarakat, NU Care LAZIZNU.
Diskusi ini diharapkan menjadi awal dari sinergi lebih luas antara akademisi, komunitas, dan pemerintah dalam mendukung inovasi hijau berbasis keimanan.
Salindia (PPT) Penyaji
Ringkasan Eksekutif
Infografis
Tentang PPIM UIN Jakarta
Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) adalah lembaga riset yang berfokus pada studi sosial-keagamaan dan kebijakan publik di Indonesia. Sejak berdiri, PPIM UIN Jakarta telah menghasilkan berbagai penelitian yang berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan kebijakan berbasis data.
Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:
Irfan Farhani
HP 0858-1063-4806
Email: irfan.farhani@ppimcensis.or.id