“Kiwari Ngancik Bihari Seja Ayeuna Pikeun Jaga”: Pesan Leluhur Sunda untuk Jaga Alam
Pernah lihat kalimat bijak ini di Tugu Kujang Bogor? “Kiwari Ngancik Bihari Seja Ayeuna Pikeun Jaga”—yang artinya, “Apa yang kita nikmati hari ini adalah jerih payah leluhur; apa yang kita lakukan sekarang adalah untuk masa depan.” Ternyata, kalimat ini bukan sekadar hiasan. Kalimat ini muncul dalam manuskrip peninggalan Pangeran Madrais (1822-1939), tokoh spiritual Sunda abad ke-19 yang ajaran-ajarannya relevan dengan gerakan Religious Environmentalism Actions (REACT), sebuah program yang menggabungkan nilai-nilai agama dan spiritualitas dengan aksi nyata pelestarian lingkungan.
Akar Spiritualitas dalam Pelestarian Alam
Pangeran Madrais, leluhur Sunda Wiwitan, menuliskan ajaran tentang harmoni manusia dan alam dalam manuskrip kuno. Salah satu pesannya: manusia punya dua tugas utama—menjaga kebangsaan dan merawat alam. Ajaran ini sejalan dengan prinsip REACT,yang bergerak di persimpangan isu agama dan lingkungan. REACT percaya bahwa nilai-nilai spiritual bisa menjadi landasan kuat untuk mendorong kesadaran dan aksi nyata dalam melestarikan bumi.
Di tengah krisis iklim dan kerusakan alam, pesan Madrais mengingatkan kita: alam bukan sekadar sumber daya, tapi bagian dari kehidupan spiritual. Ini adalah ajaran yang perlu kita hidupkan kembali!
Baca Juga: Ekoteologi dalam Lontar Tatwa Aji Janantaka: Belajar dari Masa Lalu untuk Menyelamatkan Masa Depan
Manuskrip Madrais: Bukti Nyata Perjuangan Lingkungan
Manuskrip Madrais bukan hanya berisi ajaran, tapi juga bukti sejarah. Pada 2014, naskah ini jadi “saksi ahli” dalam sengketa hutan adat Leuweung Leutik di Cigugur, Kuningan. Catatan tentang ukuran tanah dan peruntukannya membantu komunitas adat mempertahankan hak mereka atas hutan.
Ini membuktikan bahwa warisan leluhur bukan sekadar cerita masa lalu, tapi alat konkret untuk melindungi lingkungan.
Digitalisasi: Menyelamatkan Amanat Leluhur untuk Masa Depan
Agar ajaran Madrais tak hilang ditelan zaman, manuskripnya didigitalisasi oleh DREAMSEA (Digital Repository of Endangered and Affected Manuscripts in Southeast Asia), sebuah program yang berupaya melestarikan manuskrip-manuskrip terancam punah di seluruh Asia Tenggara. DREAMSEA, yang diinisiasi oleh PPIM UIN Jakarta, telah menyelamatkan ribuan naskah kuno, termasuk 628 manuskrip Madrais yang setara dengan 38.486 halaman.
Digitalisasi ini adalah bentuk menjaga warisan leluhur sekaligus menginspirasi generasi muda agar peduli pada lingkungan.
Baca Juga: Hibah Digital Naskah Kuno Nusantara dari DREAMSEA untuk Perpusnas
REACT: Menghidupkan Kembali Ajaran Leluhur dalam Aksi Lingkungan
Gerakan Religious Environmentalism Actions (REACT) mengajak kita menyatukan spiritualitas dan aksi lingkungan. Ajaran Madrais tentang harmoni manusia dan alam adalah contoh nyata bagaimana nilai-nilai spiritual bisa jadi landasan untuk melestarikan bumi.
Dari Tugu Kujang Bogor hingga manuskrip Madrais, pesan “Kiwari Ngancik Bihari Seja Ayeuna Pikeun Jaga” mengingatkan kita: apa yang kita lakukan hari ini akan menentukan masa depan bumi.
Mari jadikan ajaran leluhur sebagai inspirasi untuk aksi nyata! Yuk, ikut gerakan REACT dan lestarikan alam dengan penuh kesadaran spiritual.
*berdasarkan artikel yang ditulis Euis Kurniasih, Amanat Leluhur Sunda dalam Naskah Madrais