Romo Budi: Atasi Krisis Iklim dengan Kepemimpinan Eko-Teologis Antaragama


Romo Budi: Atasi Krisis Iklim dengan Kepemimpinan Eko-Teologis Antaragama

Depok, 17 Juli 2025 — Di tengah meningkatnya ancaman perubahan iklim, pertanyaan mengenai respon agama terhadap krisis iklim menjadi semakin mendesak. Dalam sebuah Konferensi Internasional di Depok, Romo Dr. Aloys Budi Purnomo menyoroti peran penting Gereja Katolik dan menyerukan sebuah kepemimpinan eko-teologis sebagai jawaban kolektif lintas iman.

Acara bertajuk Religious Environmentalism in Action: Knowledge, Movements, and Policies ini menjadi platform bagi tokoh agama untuk menyuarakan kepedulian bersama. Konferensi ini diselenggarakan oleh Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), dan jurnal Studia Islamika.

Baca Juga: Tiga Pemikir Dunia Hadiri Konferensi Internasional tentang Gerakan Environmentalisme Berbasis Agama

Laudato Si’ & Laudate Deum: Landasan Respon Gereja Katolik

Sebagai Sekretaris Eksekutif Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan KWI, Romo Budi menegaskan bahwa keprihatinan ini selaras dengan seruan Paus Fransiskus. Dua dokumen menjadi landasan utamanya: Ensiklik Laudato Si’ (2015) dan Seruan Apostolik Laudate Deum (2023).

“Tanggapan kita belum memadai, sementara dunia tempat kita hidup sedang runtuh,” kutip Romo Budi dari Laudate Deum (LD 2).

Ia menjelaskan bahwa delapan tahun setelah Laudato Si’, Paus melihat dunia mendekati titik kritis akibat eksploitasi alam yang tak terkendali. Menurut Paus, krisis iklim adalah buah dari rusaknya relasi manusia dengan Tuhan, sesama, dan alam ciptaan.

Kepemimpinan Eko-Teologis: Wujud Nyata Respon Agama Terhadap Krisis Iklim

Mewakili perspektif Gereja Katolik Indonesia, Romo Budi tidak hanya memaparkan masalah, tetapi juga menawarkan solusi konkret. Ia mengajak semua komunitas agama untuk menjadikan krisis ini sebagai momentum pertobatan ekologis dan dialog. Gagasan utamanya adalah sebuah gerakan bersama yang didasarkan pada ajaran setiap iman untuk merawat bumi.

“Kita membutuhkan kepemimpinan antaragama yang eko-teologis. Ini adalah bentuk paling konkret dari respon agama terhadap krisis iklim,” tegasnya.

Menurutnya, krisis ini adalah peluang untuk mempererat relasi antaragama melalui dialog berkelanjutan yang berbasis cinta pada bumi sebagai rumah bersama.

Aksi Lintas Iman: Mendorong Respons yang Melampaui Retorika

Romo Budi juga menggemakan kritik Paus Fransiskus terhadap forum-forum iklim internasional (COP) yang sering kali gagal menghasilkan solusi nyata. Oleh karena itu, perubahan transformatif dari komunitas beriman sangat dibutuhkan.

“Gerakan eko-teologis antaragama dapat menjadi kekuatan spiritual dan moral untuk mendorong pertobatan ekologis yang nyata. Ini akan melahirkan budaya hijau, inovasi, dan kerja sama di masa depan,” tutup Romo Budi.

Turut hadir sebagai pembicara kunci dalam forum ini antara lain Dr. KH. Marsudi Syuhud, MA (Wakil Ketua MUI), Mayjen TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya (Ketua Umum PHDI), dan Pdt. Jacklevyn Fritz Manuputty (Ketua Umum PGI).

Penulis: Tati Rohayati
Penyunting: Redaksi