REACT Expert Meeting 2025: Memperkuat Peran Agama dalam Gerakan Lingkungan di Indonesia


Dadi Darmadi

Jakarta, 06 Agustus 2025 – Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta, bekerja sama dengan Pemerintah Belanda, menyelenggarakan Religious Environmentalism Actions (REACT) Expert Meeting di Novotel Cikini, Jakarta. Bertema “Memperkuat Peran Agama dalam Gerakan Lingkungan di Indonesia,” acara ini berlangsung pada Rabu, 06 Agustus 2025, dan bertujuan mendorong refleksi kritis tentang pelibatan agama dalam aktivisme lingkungan serta mengidentifikasi peluang dan tantangan kolaborasi lintas pendekatan. Sebanyak 38 peserta hadir, termasuk para ahli dan aktivis lingkungan, untuk memperkuat sinergi antara gerakan lingkungan dan keagamaan.

Latar Belakang dan Urgensi

Tantangan utama gerakan lingkungan di Indonesia adalah terbatasnya partisipasi masyarakat di luar kalangan elit terpelajar dan berpenghasilan menengah ke atas. Padahal, agama dan lembaga keagamaan, seperti tokoh agama, masjid, dan organisasi berbasis agama, memiliki pengaruh besar di tengah masyarakat Indonesia yang religius. Namun, banyak gerakan lingkungan belum memanfaatkan potensi ini karena keraguan akan relevansi keterlibatan agama dalam isu iklim dan lingkungan.

“Agama memiliki peran penting dalam membentuk kesadaran lingkungan karena nilai-nilai keimanan dapat memotivasi masyarakat untuk bertindak,” ujar Hayu S. Prabowo, ahli ekonomi dan aktivis lingkungan dari LPLH SDA MUI.

Agenda dan Output

Acara ini diselenggarakan dalam format Focus Group Discussion (FGD) dengan rangkaian kegiatan terstruktur. Diawali dengan sambutan oleh Didin Syafruddin, PhD Direktur Eksekutif PPIM UIN Jakarta, yang menegaskan, “Keterlibatan agama dalam gerakan lingkungan bukan hanya soal nilai, tetapi juga tentang membangun jaringan sosial yang kuat untuk aksi nyata.”

Kemudian, Iim Halimatusa’diyah dan Testriono mempresentasikan hasil survei dan riset PPIM. Sesi diskusi interaktif bersama peserta, dimoderatori oleh Savran, menjadi inti acara. Output kegiatan mencakup ringkasan dan transkrip diskusi strategis serta terbentuknya jaringan dan sinergi antara aktivis lingkungan dan keagamaan.

Pandangan Muslim tentang Lingkungan

Prof. Iim Halimatusa’diyah, PhD Koordinator Survei Nasional Proyek REACT, menjelaskan bahwa survei PPIM bertujuan memahami pandangan, sikap, dan perilaku masyarakat Indonesia terkait perubahan iklim. “Hasil survei menunjukkan 69,91% Muslim yang berafiliasi dengan Muhammadiyah setuju bahwa perubahan iklim disebabkan oleh aktivitas ekonomi seperti pertambangan dan perkebunan sawit, tetapi hanya 29,88% Muslim yang berafiliasi dengan NU mendukung pesantren atau ormas memiliki usaha serupa untuk meningkatkan ekonomi,” ungkap Iim. Ia menambahkan, “PPIM berpihak pada data empiris, bukan mendorong ormas keagamaan untuk pro-tambang, karena mereka sudah memiliki pandangan sendiri.”

Survei juga mengungkap bahwa 70,43% Muslim Indonesia mengetahui perubahan iklim, dengan 76,82% yakin dan 19,38% sangat yakin bahwa fenomena ini sedang terjadi. Namun, hanya 49,65% responden sangat khawatir tentang kerusakan lingkungan, dibandingkan 58,35% yang lebih khawatir tentang kriminalitas. Sebanyak 46,07% percaya manusia adalah penyebab utama kerusakan lingkungan, sementara 37,72% menyebut faktor alami, dan 6,21% menganggapnya gabungan keduanya.

Inovasi Akar Rumput

Testriono, PhD Koordinator Riset Inovasi Lingkungan Muslim Indonesia, memaparkan bahwa riset PPIM berfokus pada keberhasilan inovasi lingkungan berbasis komunitas. “Kami menemukan inovasi sederhana tetapi efektif, seperti mengubah sampah organik menjadi pupuk kompos, memanfaatkan wakaf untuk penghijauan, hingga mengelola ekowisata berbasis masjid,” ujar Testriono. Ia menjelaskan, keberhasilan inovasi hijau dipengaruhi oleh partisipasi aktif warga, keterlibatan institusi agama, dan peran inisiator lokal yang mendorong perubahan sosial. Praktik ini tidak hanya memberikan manfaat ekologis, tetapi juga memperkuat kesadaran bahwa menjaga lingkungan adalah bagian dari ajaran Islam.

Perspektif Aktivis Keagamaan

Ahsan Jamet dari Eco Bhinneka Muhammadiyah menegaskan pentingnya nilai agama dalam gerakan lingkungan. “Agama memberikan landasan moral yang kuat untuk mendorong umat peduli pada lingkungan, karena menjaga alam adalah amanah dari Tuhan,” katanya. Lebih lanjut, sebagai alumni IAIN (sekarang UIN) dan aktivis WALHI, ia menyampaikan apresiasi terhadap riset PPIM: “Sebagai alumni IAIN lalu menjadi aktivis WALHI, saya merasa telah menemukan jawaban dari riset ini atas kegelisahan saya selama bertahun-tahun. Terima kasih PPIM. Hasil risetnya sangat menapak bumi.” Pandangan ini memperkuat urgensi kolaborasi antara aktivis lingkungan dan lembaga keagamaan untuk memperluas dampak gerakan.

Peserta dan Program REACT

Peserta yang hadir meliputi Hayu S. Prabowo dari LPLH SDA MUI, Parid Ridwanuddin dari Greenfaith Indonesia, Rahma Shofiana dari Ummah for Earth/Greenpeace Indonesia, Nur Hasan dari MOSAIC/Purpose, M. Burhanuddin dari KEHATI, M. Faisal dari IESR, Ahsan Jamet dari Eco Bhinneka Muhammadiyah, M. Zulham dari PPI UNAS, dan Faiza Fauziah dari Eco Deen. Program REACT, inisiatif PPIM UIN Jakarta yang didukung Pemerintah Belanda, bertujuan memperkuat generasi muda dan organisasi keagamaan untuk lingkungan berkelanjutan, sejalan dengan prioritas RPJMN 2024–2029 tentang peningkatan kualitas lingkungan, ketahanan bencana, dan pembangunan rendah karbon.

Kontribusi untuk Masa Depan

REACT Expert Meeting 2025 menjadi langkah strategis untuk memperluas partisipasi masyarakat dalam aksi iklim melalui pendekatan berbasis agama. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai keagamaan, gerakan lingkungan di Indonesia dapat menjangkau lebih banyak lapisan masyarakat, memperkuat kesadaran, dan mendorong aksi nyata untuk lingkungan yang lebih baik.