Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat UIN Jakarta
Merupakan lembaga penelitian otonom di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Awalnya, lembaga ini didirikan pada 1 April 1995 bertujuan untuk mengajak sejumlah sarjana dari berbagai macam disiplin ilmu dan latar belakang untuk mengadakan beberapa kegiatan penelitian, pengkajian, pelatihan, dan penyebaran informasi khususnya tentang Islam Indonesia dan Islam Asia Tenggara pada umumnya. Saat ini PPIM merupakan lembaga kajian strategis berbasis universitas di Indonesia yang berpengalaman di bidang kajian agama dan masalah sosial dengan publikasi dan jaringan yang luas, baik di dalam maupun luar negeri.
Kelahiran PPIM dan semangat yang dibawanya merupakan respon terhadap wacana akademis yang, hingga pada dasawarsa akhir 1980-an dan awal tahun 1990-an, masih menganggap Islam di Indonesia sebagai isu “pinggiran.” Islam Indonesia dan Asia Tenggara kurang dilirik karena dianggap bukan bagian penting atau bahkan terlepas dari mainstream Islam seperti yang berkembang di Arab, Afrika Utara, Iran bahkan negara- negara sub-continent. Islam Asia Tenggara yang sinkretik, seperti yang dikesankan oleh Clifford Geertz, dianggap sebagai “bukan Islam yang sebenarnya”. Hal itu juga diperburuk dengan ketidakfahaman sebagian masyarakat internasional kala itu tentang Islam di Indonesia dan Asia Tenggara akibat berbagai faktor. Misalnya, pertama, kurangnya penelitian- penelitian yang mendalam tentang keberagaman Islam di Indonesia oleh sarjana-sarjana Muslim Indonesia sendiri yang tentu lebih memahami tentang keislaman di wilayahnya. Kedua, mungkin saja sudah banyak studi-studi yang telah dilakukan, namun hasil studi tersebut tidak banyak dipublikasikan dan kurang dikomunikasikan dengan dunia internasional.
Padahal, sebagaimana diungkapkan Anthony Reid, dilihat dari sudut pandang apa pun, Islam di Indonesia dan Asia Tenggara sangat menarik untuk dikaji. Jumlah penduduk Muslim Asia Tenggara yang besar menjadi salah satu kekuatan Islam di wilayah ini. Secara geografis, Indonesia dan Asia Tenggara, yang berbasis kepulauan dengan tanah yang subur, telah turut mempengaruhi corak keberagamaan masyarakatnya. Kecenderungan masyarakat agraris yang lebih mengutamakan solidaritas kelompok-kelompok sosial menyebabkan mereka lebih toleran atau terbuka dengan perbedaan-perbedaan.
Hal itu menyebabkan Islam Indonesia dan Asia Tenggara lebih siap untuk berhadapan dengan perbedaan budaya, etnis, agama, dan gagasan- gagasan baru yang disemaikan. Perkembangan Islam Indonesia dan Asia Tenggara dengan corak tersendiri dan fase perkembangan yang begitu mengesankan sesungguhnya telah menarik perhatian banyak sarjana. Kebangkitan Islam di wilayah ini yang ditandai dengan semaraknya praktek keagamaan serta menjamurnya tulisan-tulisan sarjana Islam pribumi tentang reaktualisasi maupun transformasi agama ke dalam kehidupan sosial, politik dan ekonomi, ditambah dengan penguatan demokrasi, gender,
HAM, dan gagasan tentang Islam dan civil society, menggambarkan wacana Islam yang berkembang secara dinamis. Belakangan, khususnya pasca tragedi 11 September, wacana Islam di Indonesia turut berubah drastis. Berbagai peristiwa teror, termasuk Bom Bali tahun 2002, turut membawa Islam di Indonesia ke dalam pusaran wacana Islam dan terorisme global. Ketika kecenderungan konservatisme dan radikalisme agama menguat, masyarakat Muslim di Indonesia dihadapkan dengan persoalan pelik agama dan perannya di ruang publik. Karena itu, adalah merupakan suatu kebutuhan yang mendesak untuk mengembangkan sebuah lembaga yang mampu melakukan penelitian serta studi intensif dan berkelanjutan tentang fenomena dan dinamika Islam di Indonesia dan Asia Tenggara. Untuk itulah Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta hadir.
Kini, menginjak usianya yang keduapuluh, PPIM fokus melakukan kajian-kajian strategis tentang kehidupan dan pendidikan keagamaan untuk mempengaruhi kebijakan dan perubahan masyarakat di Indonesia. Di samping itu, PPIM tetap berkomitmen untuk mengembangkan dan menyebarluaskan kekayaan tradisi Islam Indonesia di berbagai tingkatan untuk memperkaya nilai-nilai kehidupan dan kemanusiaan dalam konteks yang lebih luas.