Forum Inspirasi Pesantren Ramah Lingkungan


PPIM UIN Jakarta — Pondok pesantren semakin menunjukkan perannya sebagai agen perubahan ekologis. Hal ini terlihat dalam Forum Inspirasi Pesantren Ramah Lingkungan yang digelar oleh Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta secara daring pada Senin (22/9) sebagai tindak lanjut dari Capacity Building Pesantren Ramah Lingkungan di sembilan wilayah Indonesia. Dalam forum ini, sejumlah pimpinan pesantren mempresentasikan praktik nyata yang telah dijalankan untuk mewujudkan pesantren ramah lingkungan.

Dari Riau, Pesantren Darul Fikri menginisiasi pengelolaan sampah organik dengan budidaya maggot. Hasil maggot tersebut kemudian digunakan sebagai pakan ayam ternak. “Kami ingin melahirkan generasi yang tidak hanya shalih secara individu, tetapi juga shalih secara ekologis,” ujar Fatmi Hayati, perwakilan Darul Fikri. Inovasi lain datang dari Pesantren Inggris Assalam di Banten yang berhasil mengurai popok dan pembalut sekali pakai menjadi media tanam, serta mengonversi sampah plastik menjadi pupuk bahkan bahan bakar alternatif.

Pesantren Cendekia Nashirul Wasathiyyah juga berbagi pengalaman dengan melibatkan santri dalam pengelolaan sampah hingga berhasil menekan biaya listrik. Mereka bahkan secara rutin mengadakan penghargaan eco ambassador sebagai bentuk apresiasi kepada santri peduli lingkungan. Sementara itu, Ponpes Trensains Muhammadiyah Sragen sukses mengembangkan model ekonomi sirkuler: magot untuk pakan lele, kompos untuk pupuk pisang Cavendish, dan kini menjadi pemasok pisang bagi tujuh pesantren di Jepara.

Tak kalah inspiratif, Aisyiyah Boarding School Bandung, Jawa Barat membangun jejaring dengan Green Faith dan Eco Bhinneka melalui program “Sedekah Energi” yang mendukung kebutuhan energi ramah lingkungan di pesantren.

Direktur PPIM UIN Jakarta, Didin Syafruddin, menyampaikan harapan terkait pentingnya peran pesantren dalam menjawab tantangan lingkungan. “Ke depan, pesantren bukan hanya pusat pendidikan dan dakwah, tetapi juga pionir dalam gerakan pelestarian lingkungan dan pengembangan ekonomi hijau di Indonesia,” tegas Didin. Sementara itu, Koordinator Capacity Building, Iim Halimatusa’diyah, menambahkan bahwa forum ini harus menjadi momentum untuk memperkuat kolaborasi. “Kami berharap pesantren tidak berjalan sendiri, tetapi saling berjejaring dan bersinergi dalam pengembangan pesantren ramah lingkungan,” ujarnya.

Di sesi akhir, PPIM UIN Jakarta memberikan apresiasi berupa penghargaan kepada tiga pesantren yang dinilai berhasil mengembangkan program Pesantren Ramah Lingkungan. Tiga pesantren tersebut adalah Ponpes Trensains Muhammadiyah Sragen, Jawa Tengah; Pesantren Cendekia Nashirul Wasathiyyah; dan Ponpes Inggris Assalam, Banten.

.     

.   

 

Penulis: Tati Rohayati, Aptiani Nur Jannah